Alatternakayam – Periode awal pemeliharaan ayam merupakan masa yang krusial dan menjadi tolak ukur dalam kesuksesan budidaya broiler (ayam pedaging). Masa awal pemeliharaan ayam ini juga disebut dengan masa brooding, di mana DOC (ayam umur sehari) membutuhkan penghangat artifisial hingga DOC dapat menyesuaikan diri dengan temperatur lingkungannya. Fondasi ayam benar-benar dibentuk pada periode ini, oleh sebab itu pemanas (heater) menjadi komponen vital guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan DOC.

Pemanas di sini tidak hanya berfungsi sebagai penghangat saja, tetapi juga untuk menstimulus fungsi organ pada ayam, salah satunya organ pengatur suhu tubuh. Adapun durasi penggunaan dari pemanas tidak dapat dipastikan, sebab tergantung pada kondisi lingkungan di farm. Untuk itu, peternak harus “sat set” dalam menyesuaikan suhu kandang dengan cuaca lingkungan demi menjaga kesehatan ayam.

Peternak umumnya dapat menggunakan pemanas berbahan bakar gas, solar, kayu bakar, batu bara, serta minyak tanah. Namun dewasa ini mayoritas peternak menggunakan pemanas berbahan bakar gas, sebab pengaturan suhunya dinilai lebih mudah. Kendati demikian, peternak perlu merogoh kocek lebih dalam untuk biaya investasi pembelian dan isi ulang tabung gas LPG-nya. Tak sedikit peternak yang mengeluhkan perkara biaya operasional pemanas gas, maka dari itu “Pakar Ayam” hadir untuk menjadi solusi atas problematika tersebut.

Pakar Ayam merupakan inovasi dari PT PLN (Persero) khususnya PLN UP3 Malang, Jawa Timur, yang merupakan produk unggulan PLN yang artinya adalah “Pemanas Listrik pada Peternakan Ayam”. Berkenan diwawancari oleh Redaksi TROBOS Livestock, Team Leader Pelayanan Pelanggan dan Administrasi PLN ULP Blimbing Malang, Candra Dewi P menerangkan bahwa Pakar Ayam bertujuan untuk mendorong pengembangan subsektor peternakan, khususnya ayam pedaging, dari konversi energi gas/solar beralih menggunakan pemanas listrik di seluruh pelosok Nusantara.

“Penggunaan pemanas listrik bisa mengoptimalkan pertumbuhan ayam dan memperpendek waktu panen. Sehingga lebih cepat panen dan memberikan keuntungan lebih atas penghematan biaya operasional pemanas kandang ayam di masa brooding,” ungkap Candra.

Sampai dengan sejauh ini, ia melanjutkan, sudah ada 14 kandang ayam yang tersebar di Malang Raya yang sudah menggunakan program Pakar Ayam. Selain itu, ada juga beberapa peternak yang menggunakan Pakar Ayam di daerah Pasuruan, Jember dan beberapa wilayah di Jawa Timur.

Dampak Finansial & Non Finansial

Menurut Candra, dampak implementasi produk layanan Pakar Ayam terhadap peternakan broiler secara finansial ialah, misalnya dengan LPG 5,5 kg, kandang broiler kapasitas 5.000 ekor membutuhkan 4 pemanas LPG. Di mana 1 pemanas LPG membutuhkan 1 kg gas LPG per hari. Harga tabung gas LPG 5,5 kg adalah Rp 105.000, sehingga biaya operasional per panen adalah Rp 2.100.000.

Sementara itu, dengan penggunaan listrik kandang broiler kapasitas 5.000 ekor membutuhkan 4 pemanas listrik (2 x 1.500 Watt ditambah 2 x 900 Watt), totalnya 4.800 Watt. Total pemakaian kWh per jam adalah 4,8 kWh, harga rupiah per kWh untuk pelanggan daya 7.700 VA adalah Rp 1.444,7, sehingga apabila jam operasional 12 jam maka biaya operasional per hari Rp 83.215,  sedangkan apabila per panen adalah Rp 1.165.812. Dari data tersebut di atas, terjadi penghematan sebesar Rp 935.000 per panen. Sehingga apabila diakumulasikan selama satu tahun, maka peternak ayam dapat menghemat biaya operasional hingga Rp 7.480.000.

Berikutnya, untuk dampak non-finansial yang dapat dirasakan oleh peternak broiler dengan adanya program pemanas listrik PLN yaitu meningkatnya konsumsi energi listrik oleh peternak. Kemudian peternak juga merasa aman dan nyaman, karena pemanas listrik sangat praktis dan tidak berisik dengan ledakan tabung gas atau bahaya lainnya yang bisa menyebabkan kebakaran.

“Dengan adanya program Pakar Ayam, peternak broiler merasa sangat terbantu karena sebelumnya peternak resah dengan seringnya ada kasus kebakaran kandang akibat meledaknya gas LPG untuk pemanas kandang. Selain itu, banyak kasus yang menyebabkan penyakit pernafasan bagi anak kandang. Belum lagi peternak juga kesulitan mencari gas LPG. Dengan adanya program Pakar Ayam ini, peternak merasa aman, nyaman dan senang karena jauh lebih hemat dengan hasil yang memuaskan,” terang dia.

Penilaian dari peternak broiler terkait program ini merasa sangat terbantu karena sebelumnya peternak resah karena sering sekali kasus kebakaran kandang karena meledaknya gas LPG untuk pemanas kandang selain itu banyak kasus yang menyebabkan penyakit pernafasan bagi anak kandang. Serta kesulitan mencari gas LPG sering menjadi permasalahan. Dengan adanya program Pakar Ayam ini, peternak merasa aman, nyaman dan senang karena jauh lebih hemat dengan hasil yang memuaskan.

Peternak broiler di Malang, Zainul menyatakan bahwasanya ia sempat menggunakan pemanas LPG. Ia mengisahkan, kalau malam pemanasnya sudah mulai dinyalakan dan perlu adanya penggantian gas di antara pukul 2.00 – 5.00 WIB. Selanjutnya pukul 7.00 – 8.00 WIB dimatikan. “Biayanya lebih hemat listrik hampir separuhnya dibandingkan menggunakan pemanas dengan LPG. Di mana jika menggunakan LPG, kita membutuhkan banyak uang,” tutur dia.

Zainul mengaku, dengan menggunakan gas LPG, dalam satu periode pemeliharaan dia harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.300.000 untuk populasi 5.000 ekor ayam. Sedangkan kalau menggunakan pemanas listrik, hanya perlu biaya sekitar Rp 500.000-an dalam 1 kali panen (12-13 hari masa brooding). Sehingga lebih hemat menggunakan listrik dan perawatannya mudah, yang mana sekali tekan maka suhu bisa tercapai.

Selain peternak broiler yang diuntungkan, dari sisi pemerintah daerah juga mendapat dampak positif, sebab pendapatan asli dan potensi daerah bisa meningkat. Untuk kemitraan, target produksi dapat tercapai dan ayam yang dihasilkan berkualitas baik, sehingga kerja sama dengan peternak ayam dapat terjalin dengan baik.

Keunggulan Listrik PLN

Candra menjelaskan bahwasanya kelebihan dari listrik PLN dibandingkan dengan listrik non-PLN adalah secara pelayanan lebih stabil dan tidak membutuhkan orang tambahan untuk pengecekan berkala. Pun jika terdapat gangguan dapat langsung melapor. Aksesnya sangat mudah dan secara biaya jauh lebih murah dibanding listrik non-PLN.

Di sisi lain, ia mengaku upaya PLN dalam menstimulasi peternak untuk lebih memilih listrik PLN ialah dengan melakukan pemasaran secara masif kepada pelanggan peternakan yang masih menggunakan listrik non-PLN. “Kami juga menggandeng kemitraan peternak ayam untuk memberi imbauan kepada pemilik kandang agar menggunakan listrik PLN,” sebutnya.

Komitmen Energi Bersih

Transisi energi dari yang berbasis energi fosil dan tinggi karbon ke energi yang rendah karbon menjadi urgensi, baik di tingkat internasional maupun nasional. Terlebih, sebanyak 90% energi di Indonesia masih menggunakan energi berbahan fosil, baik batu bara, minyak bumi, maupun gas alam. Sedangkan sisanya, kurang dari 10% sudah memanfaatkan sumber energi terbarukan atau energi bersih.

Transisi energi menuju Net Zero Emission adalah kondisi yang harus direalisasikan, guna menghambat laju pemanasan dan perubahan iklim global. Adapun dengan tren global sekarang ini, transisi energi dapat membuka peluang investasi dan juga ekonomi. Terkait dengan transisi energi ini, Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto berkomitmen Indonesia menuju swasembada pangan dan energi sebagai langkah utama menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Dalam komitmennya menjaga ketahanan pangan, Prabowo fokus pada pengembangan investasi transmisi dan infrastruktur energi terbarukan. Ia pun menempatkan ketahanan energi melalui pemanfaatan energi bersih sebagai salah satu prioritas utama.

Di samping itu, pada kesempatan United Nations Climate Change Conference (COP29) di Baku, Azerbaijan (11-22/11), Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo memaparkan, PLN mengemban amanah dalam kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, untuk mencapai swasembada energi. “PLN telah menegaskan komitmennya untuk menyediakan energi hijau yang efisien dan terjangkau, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Komitmen ini mencerminkan ambisi Indonesia dalam menciptakan keseimbangan antara kemajuan ekonomi dengan kelestarian lingkungan melalui transformasi energi,” ungkap Darmawan.

PLN terus berkomitmen untuk memperkuat kapasitas nasional dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mengentaskan kemiskinan, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Dengan sinergi yang kuat, PLN optimis Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam transisi energi bersih sejalan dengan prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Menanggapi hal tersebut, Candra mengatakan bahwasanya PLN berperan penting dalam mendorong penggunaan energi bersih bagi para peternak broiler di Indonesia. Beberapa upaya yang dilakukan PLN untuk menyediakan energi ramah lingkungan kepada peternak broiler mencakup, pertama penyediaan listrik berbasis energi terbarukan, di mana PLN terus mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, seperti tenaga surya, air, angin, dan biomassa. Dengan memanfaatkan sumber energi ini, PLN dapat menyediakan listrik yang lebih ramah lingkungan bagi para peternak.

“Upaya kedua yaitu Program Electrifying Agriculture, yang mana PLN meluncurkan program ini untuk mendorong penggunaan peralatan bertenaga listrik di sektor pertanian dan subsektor peternakan. Dengan begitu, peternak dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan beralih ke peralatan listrik yang lebih hemat energi dan lebih bersih,” jelasnya.

Ketiga, Program Penyuluhan dan Edukasi. PLN juga aktif melakukan penyuluhan kepada peternak broiler terkait pentingnya penggunaan energi bersih dan efisiensi energi. Melalui program ini, peternak mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana menggunakan listrik secara lebih hemat dan berkelanjutan. Dengan berbagai inisiatif ini, PLN berupaya mengurangi dampak lingkungan dari peternakan broiler dan mendorong subsektor peternakan untuk lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dukung Sustainabilitas Peternakan Broiler

Guna menyediakan protein hewani berupa daging ayam untuk keluarga di Indonesia, peternak broiler perlu ditopang untuk keberlanjutan usahanya. Adapun peran penting PLN dalam menjaga sustainabilitas usaha peternak broiler yaitu melalui langkah-langkah yang tidak hanya menjamin pasokan energi bersih dan stabil, tetapi juga mendukung efisiensi operasional serta keberlanjutan lingkungan.

Candra membeberkan, langkah PLN dalam menjamin kesuksesan dan sustainabilitas usaha peternak broiler di antaranya, pertama, pasokan listrik yang andal dan stabil. “PLN memastikan pasokan listrik yang stabil dan andal bagi peternak broiler, yang membutuhkan listrik secara terus-menerus guna pengoperasian peralatan seperti pemanas, ventilasi, pencahayaan, dan sistem otomatis lainnya. PLN terus melakukan pemeliharaan jaringan dan infrastruktur untuk meminimalisir gangguan listrik yang dapat menghambat produktivitas peternak,” tekannya.

Kedua, penggunaan teknologi smart grid. PLN berinvestasi dalam teknologi smart grid untuk mengoptimalkan distribusi energi dan memantau konsumsi listrik secara real-time. Hal ini membantu PLN meminimalisasi pemborosan energi serta meningkatkan efisiensi operasional jaringan. Dengan smart grid, peternak juga dapat memonitor penggunaan listrik dan mengatur konsumsi dengan lebih efisien, yang berkontribusi pada keberlanjutan usaha mereka.

“Langkah ketiga, penyuluhan efisiensi energi. PLN memberikan pelatihan kepada peternak terkait cara penggunaan energi yang efisien, seperti penggunaan lampu hemat energi dan peralatan dengan standar efisiensi tinggi. Edukasi ini membantu peternak mengurangi biaya energi dan mengelola sumber daya dengan lebih baik, sehingga mereka dapat terus beroperasi secara berkelanjutan tanpa mengorbankan keuntungan,” imbuh Candra.

Langkah keempat, ia menyebutkan, dukungan teknologi cerdas untuk peternakan. PLN mendukung penerapan teknologi berbasis Internet of Things (IoT) dan otomatisasi pada peternakan broiler. Teknologi ini memungkinkan peternak untuk mengatur suhu, pencahayaan, dan ventilasi secara otomatis, yang tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga membantu penghematan energi.

Menurutnya, melalui langkah-langkah di atas, PLN membantu menjaga keberlanjutan ekonomi dan operasional para peternak broiler, sekaligus mendorong praktik yang ramah lingkungan. Sehingga usaha peternakan dapat terus berkembang dengan stabil dan berkelanjutan.

Tantangan di Tingkat Peternak

Dalam penerapan program Pakar Ayam, Candra mengaku ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh peternak, antara lain biaya investasi awal yang tinggi. Meskipun program ini menjanjikan efisiensi energi jangka panjang, namun biaya awal untuk memasang infrastruktur listrik dan peralatan modern seperti panel surya, pemanas, serta sistem ventilasi listrik masih relatif tinggi. Hal ini bisa menjadi kendala bagi peternak, terutama skala kecil dan menengah, yang mungkin tidak memiliki cukup modal untuk berinvestasi.

Tantangan berikutnya yakni kurangnya akses ke teknologi yang sesuai. “Program ini mendorong penggunaan teknologi berbasis listrik seperti peralatan otomatisasi yang hemat energi. Namun, di beberapa daerah, akses terhadap teknologi terbaru masih terbatas, dan harga peralatan ini bisa sangat mahal, sehingga menyulitkan peternak untuk mengadopsi teknologi tersebut,” sesal Candra.

Selanjutnya, keterbatasan pengetahuan dan keterampilan teknis. Banyak peternak yang mungkin belum terbiasa atau belum memiliki pengetahuan yang memadai terkait penggunaan peralatan listrik dan otomatisasi. Ia menilai bahwasanya pelatihan yang memadai itu diperlukan guna membantu peternak memahami dan mengoperasikan teknologi tersebut, serta memanfaatkannya untuk optimalisasi usaha.

“Ketergantungan pada pasokan listrik yang stabil juga menjadi tantangan bagi peternak. Di mana sistem peternakan broiler modern sangat bergantung pada listrik, untuk mengoperasikan peralatan penting, seperti sistem ventilasi dan pemanas. Jika terjadi pemadaman atau gangguan listrik, maka kondisi peternakan bisa terpengaruh secara signifikan. Hal ini dapat mengancam kesejahteraan ternak dan produktivitas peternakan. PLN perlu memastikan pasokan listrik yang andal, khususnya di daerah-daerah yang sebelumnya mengalami keterbatasan infrastruktur,” sarannya.

Kemudian tantangannya ialah kesiapan infrastruktur listrik di daerah pedesaan. Beberapa peternakan broiler terletak di daerah pedesaan yang infrastruktur listriknya belum optimal. PLN perlu meningkatkan jaringan listrik di wilayah ini, guna memastikan bahwa peternak dapat memanfaatkan listrik dengan optimal tanpa gangguan, yang juga memerlukan investasi dan waktu.

Lalu, tantangan perubahan kebiasaan dan pola kerja. Program Electrifying Agriculture mengharuskan peternak untuk mengubah beberapa kebiasaan dan pola kerja yang sebelumnya manual menjadi berbasis listrik dan otomatisasi. “Proses adaptasi ini bisa menjadi tantangan, terutama bagi peternak yang telah lama menggunakan metode konvensional. Perubahan tersebut membutuhkan waktu, pembelajaran, dan juga kemauan untuk berubah,” terang Candra.

Terakhir, kesulitan dalam pembiayaan. Walaupun program ini menjanjikan efisiensi biaya untuk jangka panjang, tetapi tidak semua peternak memiliki akses ke pembiayaan atau subsidi yang memadai untuk beralih ke peralatan listrik. Penyediaan skema pembiayaan atau subsidi dari pemerintah atau lembaga keuangan dapat membantu mengatasi tantangan ini.

Sinergi & Kolaborasi

Menyongsong program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang rencananya akan efektif berjalan pada Januari 2025, peternak broiler pun kini tengah berisap untuk menyediakan protein hewani berupa daging ayam bagi anak-anak sekolah, balita maupun ibu hamil. Dalam hal ini, tentu PLN memiliki peran strategis guna menyediakan energi bersih untuk menyuplai listrik bagi keberlanjutan usaha peternak broiler. Maka dari itu, sinergi dan kolaborasi dari seluruh instansi akan menunjang kesuksesan program MBG ini, sehingga semua bisa diuntungkan.

Mengenai hal ini, Candra menaruh harapan untuk peternak broiler nasional ke depannya, di mana program MBG membutuhkan pasokan protein hewani yang stabil dan terjangkau dari daging ayam. “Upaya PLN dalam mewujudkan dukungan bagi industri peternakan broiler ialah menjamin ketersediaan listrik yang stabil dan andal, mendukung peningkatan produksi protein hewani yang berkelanjutan, mendorong efisiensi energi dan biaya operasional, menurunkan ketergantungan pada bahan bakar fosil, memperkuat infrastruktur di daerah pedesaan, mendukung keamanan pangan dan ketahanan nutrisi, serta mendorong inovasi dan teknologi di industri peternakan,” ucap dia.

Secara keseluruhan, PLN berharap dapat menjadi mitra strategis bagi industri peternakan ayam nasional dengan memastikan ketersediaan listrik yang andal, mendukung penerapan teknologi hemat energi, dan berkontribusi pada keberlanjutan usaha peternakan. Dengan dukungan ini, diharapkan program MBG bisa berjalan dengan sukses dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Sumber: poultryindonesia.com