Alatternakayam – Manfaatnya pasti untuk kesehatan ayam dan mempengaruhi performa ayam. Karena di dalam kunyit, terkandung kurkumin yang berfungsi sebagai antioksidan dan antiinflamasi

Meski menjalankan sistem kemitraan, namun sejumlah peternak plasma tetap melakukan inovasi agar broiler (ayam pedaging) yang dipelihara tumbuh cepat dan sehat. Seperti yang dilakukan Windi Eka Satria di Desa Wonodadi, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan, dengan menambahkan jamu-jamuan dan molase (tetes tebu) ke dalam minuman ayam. Selain ayam lebih sehat, ternyata warna dagingnya lebih merah dan disukai pembeli di Jabodetabek.

Inovasi sarjana peternakan (S.Pt) Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) ini, berawal dari banyaknya khasiat jamu bagi manusia. Termasuk molase yang diyakini mampu menambah energi bagi ayam, karena banyak mengandung gula.

Kepada Redaksi TROBOS Livestock yang menyambangi kandang broiler-nya, Windi mengaku sebetulnya sudah disediakan berbagai obat-obatan oleh perusahaan mitranya yakni PTSinar Ternak Sejahtera (STS)—anak usaha PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI). Namun Windi menilai, itu saja belum cukup, sehingga ia melakukan sejumlah inovasi agar ayam yang dibesarkannya terhindar dari penyakit dan performanya baik.

“Saya berusaha bagaimana caranya agar ayam bisa makan lebih lahap. Biasanya jika kita minum jamu, maka nafsu makan kita meningkat. Saya yakin begitu pula dengan ayam jika diberi jamu,” ujar Windi mengawali inovasinya.

Khasiat Jamu

Dijelaskannya, selain ayam lebih sehat dan tingkat kematian bisa ditekan, ternyata asupan jamu-jamuan dan molase ini juga berdampak positif terhadap daging broiler, yakni dagingnya yang umumnya pucat menjadi lebih kemerahan. Dengan keunggulan tersebut ditambah panen di atas 2 kg per ekor, maka ayamnya dikirim PT STS ke Jabodetabek dengan alasan lebih disukai pembeli ayam di wilayah Ibukota tersebut. Bahkan dengan selisih harga Rp 500 per kg lebih mahal, ayam dari kandang Windi tetap dipesan.

Adapun bahan dari jamu-jamuan tersebut yakni kunyit, temulawak, bawang putih, dan jamu pahit dengan bahan baku sambiloto atau brotowali. “Khusus untuk penggunaan jamu pahit hanya pada ayam di umur 13 hari. Fungsinya untuk mematikan bakteri patogen dalam saluran pencernaan ayam, dengan menurunkan pH dalam pencernaan ayam. Biasanya penurunan pH juga dapat menghindarkan ayam dari penyakit Pullorum yang disebabkan bakteri Salmonella pullorum,” urai dia.

Sementara untuk jamu yang berisi kunyit, temulawak dan bawang putih, penggunaannya pada saat ayam berumur 19, 23, 27 dan 31 hari. Kecuali jika cuaca ekstrem atau ayam terjangkit Chronic Respiratory Disease (CRD), aplikasinya bisa setiap hari pada ayam besar. Bawang putih pun biasanya pemberiannya di saat cuaca hujan terus-menerus.

“Manfaatnya pasti untuk kesehatan ayam dan mempengaruhi performa ayam. Karena di dalam kunyit, terkandung kurkumin yang berfungsi sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Temulawak juga sama dengan kunyit sebagai obat tradisional untuk kesehatan ayam. Sementara tetes tebu atau molase penggunaannya untuk penambah nafsu makan ayam dan pemberi energi tambahan guna perkembangan ayam dalam mengejar performa,” urai Windi.

Diakuinya, memang pada saat kuliah Jurusan Peternakan di FP Unila, dijelaskan dosen bahwa memang terdapat rempah-rempah tertentu yang bisa digunakan sebagai pencegahan penyakit. Hal tersebut karena mampu memperkuat daya tahan tubuh ayam dan meningkatkan nafsu makannya.

Guna memproduksi jamu-jamuan tersebut, Windi tidak menghadapi kesulitan atau kendala. “Sebab orang tua saya memproduksi dan menjual bumbu-bumbu masak di Pasar Kangkung, Teluk Betung, Bandarlampung,” sebut dia.

Untuk cara pembuatan, dijelaskannya, rempah-rempah tersebut digiling hingga halus dan dicampur dengan air, lalu direbus. Kemudian air rebusan tersebut ditambahkan dengan molase dan dicampurkan ke dalam air minum ayam.

Sumber: troboslivestock.com