Alatternakayam – Antibiotik adalah obat yang memiliki peranan untuk membunuh atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Kendati demikian, penggunaan antibiotik yang kurang bijaksana dapat mengakibatkan resistensi, di mana bakteri tidak dapat lagi merespon obat untuk membunuhnya.

Dalam seminar online bertajuk ‘Resistensi Antibiotik Studi Kasus Peternakan Broiler Sleman Yogyakarta’, Apoteker sekaligus Dosen Prodi (Program Studi) Farmasi Universitas Alma Ata Yogyakarta, Daru Estiningsih menjelaskan bahwa 75 % penggunaan antibiotik itu ada di peternakan, bukan di rumah sakit. Selama ini mayoritas orang lebih banyak tahu bahwa antibiotik itu di rumah sakit, di manusia, di puskesmas. Kalau resistensi, berarti terjadinya di rumah sakit atau pemakaian antibiotik untuk manusia, tapi ternyata berdasarkan data tidak. Termasuk data yang diambil dari WHO.

Lokasi penelitian yang dilakukan Daru berada di Sleman Utara, Yogyakarta yakni Turi, Pakem dan sekitarnya. Kemudian untuk pengambilan sampel, ditentukan kriteria inklusinya, sehingga sampel yang diambil dari peternaknya kemudian dari daging ayam, tanah dan air di lingkungan peternakan. Pengambilan sampel dilakukan sesuai prosedur standar dengan peralatan steril, guna menghindari adanya kontaminasi dari peralatan yang digunakan. Kemudian dari sampel tersebut, dimasukkan ke laboratorium mikrobiologi untuk mengetahui dari bakteri, cemaran dan resistensinya. Pengambilan sampel di ternak diambil secara swab hidung atau tenggorokan.

“Pada sampel pertama, dagingnya ditemukan beberapa jenis bakteri di mana dari 32 isolat ada 6 bakteri. Kemudian dari bakteri tersebut kita uji kepekaan dan resistensinya, ternyata cukup banyak jenis antibiotik yang resisten. Masing-masing jenis bakteri dengan sifat resistensi terhadap antibiotiknya ada pada gambar. Ini seperti yang pertama, proteus ini resisten terhadap kloramfenikol. Kemudian resisten juga terhadap 4 antibiotik lain. Escherichia coli (E. coli) ternyata bakteri yang cukup banyak resisten terhadap antibiotik,” jelas dia.

Untuk sampel daging, Daru mengaku diambil dari peternakan yang memang sudah siap panen, sehingga daging itu yang sudah siap untuk dimasak. Sedangkan sampel air diambil dari air minum dan air sumber yang digunakan di peternakan. Ternyata ada cukup banyak pula bakteri yang ditemukan, di mana ada 8 bakteri dengan sifat resistensi seperti yang dikumpulkan pada grafik. Jika coba diperhatikan, rata-rata bisa lebih dari 3 antibiotik dari masing-masing bakteri yang ditemukan pada sampel air.

Kemudian dari sampel tanah, Daru mengaku diambil dari lingkungan peternakan dengan radius sekitar maksimal batas luar dari pagar peternakan. Ini ditemukan ada 5 bakteri dan mayoritas Klebsiella pnemoniae dan sifat resistensinya tinggi.

“Sebenarnya dari data tersebut kita bisa melihat dari beberapa sudut pandang. Ini salah satunya kita coba tampilkan kumulatif dari setiap sampel, kalau yang warna merah muda menandakan dari sampel daging, biru dari air dan cokelat dari sampel tanah. Di mana pada sampel daging ini ditemukan bakteri E. coli, Aeromonas hydrophila, Citobacter youngae, Morganella morganii, dan Proteus vulgaris. Kemudian air E. coli, Klebsiella pneumoniae, Aeromonas hydrophila, Enterobacter cloacae, Pantoea sp, Cupriadivus pauculus, Raoultella planticola, Citrobacter koseri. Sedangkan pada sampel tanah ada E. coli, Klebsiella pneumoniae, Enterobacter cloacae, Serratia marcescens, Citrobacter freundi,” sebutnya.bella

Sumber: troboslivestock.com