Alatternakayam – Pakan yang berkualitas dihasilkan dari bahan pakan yang berkualitas pula. Namun demikian, sudah menjadi rahasia umum bahwa bahan pakan di Indonesia memiliki kualitas yang sangat beragam. Selain itu, manajemen penyimpanan dan pengolahan pakan juga menjadi sebuah titik kritis yang harus diperhatikan. Hal ini penting dilakukan baik oleh produsen pakan maupun peternak self mixing untuk menghasilkan pakan yang bermutu. Oleh karena itu, pengawasan mutu (quality control) pada setiap tahap proses produksi menjadi hal yang harus dilaksanakan mulai dari pemilihan dan pengadaan bahan baku, proses produksi, hingga pengemasan, penyimpanan serta pengiriman.
Pada diskusi dengan Poultry Indonesia pada Jumat (7/7), Yulia Sintia Putri, Poultry Feed Formulator dari PT Fenanza Putra Perkasa, menjelaskan bahwa pengendalian kualitas bahan pakan memiliki peranan yang sangat vital. Ia menggarisbawahi bahwa dalam kenyataannya, kualitas bahan pakan bervariasi secara signifikan di lapangan, sehingga sulit untuk membuat generalisasi kualitasnya. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor seperti lokasi, kondisi cuaca, perlakuan, proses pengolahan, bahkan upaya pemalsuan
“Terkadang juga ditemukan pemalsuan pada bahan pakan, seperti penambahan serbuk gergaji dan sekam giling. Untuk itu, penting bagi produsen maupun peternak self mixing untuk mengontrol bahan baku yang diterima. Karena kita tidak bisa menggaransi kualitas bahan baku yang datang akan seragam, maka kita menetapkan standar baku penerimaaan dan spesifikasi khusus bahan baku itu seperti apa. Hal ini harus konsisten dilakukan, untuk menjamin kualitas pakan yang kita buat,” terangnya.
Selain itu, kontrol kualitas juga berkaitan dengan kepuasan pelanggan serta keamanan pakan. Dimana bagi produsen pakan, kepuasan pelanggan menjadi target utama, sehingga kontrol yang ketat diperlukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan apa yang tercantum dalam label pakan. “Prinsip pakan yang baik adalah membantu dan meningkatkan performa produksi tanpa membahayakan kesehatan ternak. Faktanya seringkali terjadi kasus bahan pakan terkontaminasi dan berpotensi membahayakan, maka kontrol harus dilakukan secara komprehensif. Hal ini sebagai bentuk jaminan keamanan pada pakan dan sebagai penunjang keberhasilan formulasi pakan. Sebagus apapun formulasi yang dibuat, dengan bahan baku yang buruk maka hasilnya pun tidak akan sesuai target,” tambah Yulia. Beruntung jika kita mendapatkan bahan yang berkualitas baik, namun sebaliknya apabila mendapatkan bahan pakan dengan kualitas kurang baik, masa simpan akan lebih pendek target nutrient tidak terpenuhi karena adanya penurunan kualitas.
“Kemudian apabila terjadi penurunan nutrien, akan memengaruhi kualitas pakan yang dihasilkan. Penyebabnya adalah database formulasi berselisih jauh dengan kandungan nutrisi bahan pakan yang dipakai, akibatnya pakan yang dihasilkan tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Tentu saja ini merugikan peternak, karena memicu ketidak-tercapaian performa dan target produksi. Dampak lainnya tentu menyangkut kerugian ekonomi produsen akibat ketidak-puasan pelanggan terhadap pakan yang diproduksi,” tegasnya.
Kontrol kualitas bahan pakan
Strategi dalam kontrol kualitas bahan baku bisa dimulai dari pemilihan supplier yang tepat dan mempunyai kredibilitas. Penyaringan supplier bisa dilakukan dengan ketat, dengan meminta sampel untuk dilakukan uji terlebih dahulu. Kemudian selain dari segi kualitas, indikator kuantitas yang besar pun juga harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan supplier. Karena apabila membeli bahan pakan dari supplier dengan kapasitas yang kecil-kecil, maka kualitasnya akan sangat beragam.
Kemudian dalam hal pengadaan bahan pakan, semua perusahaan mempunyai standar baku penerimaan. Dimana setiap bahan baku yang akan diterima harus melalui pemeriksaan dengan beberapa pengujian. Pertama dilakukan uji fisik yang merupakan analisis pakan dengan cara melihat kondisi fisik bahan pakan baik secara langsung dengan panca indra (melihat, meraba, mencium dan merasakan) ataupun bisa dengan alat bantu. Pengujian secara fisik, disamping dilakukan untuk mengenali bahan pakan berdasarkan tampilan, juga berguna untuk mengevaluasi bahan pakan secara kualitatif karena tidak bisa menunjukkan kadar atau nilai tertentu.
Uji fisik dapat digunakan sebagai penentu awal kualitas suatu bahan pakan. Bersifat subjektif dan sangat tergantung dengan pengalaman dan kepekaan petugas atau analis lapangan. Parameter uji biasanya meliputi warna, bau, ada/tidaknya (kutu, benda asing), jumlah biji pecah/biji jamur/biji mati dll. Misal bekatul yang jika diraba/ digosok dengan kedua telapak tangan terlalu kasar, maka bisa disimpulkan bahwa kandungan serat kasarnya tinggi (banyak sekamnya). Perubahan kondisi fisik bahan pakan juga dapat sebagai indikasi awal adanya perubahan kandungan nutrisi (tengik, berjamur, berkutu). Namun demikian, pengujian secara fisik saja tidak cukup, sehingga diperlukan analisis lebih lanjut, seperti pengujian kimia, maupun uji toksin.
“Kemudian ada uji kimia yang dilakukan di laboratorium untuk mengetahui kandungan bahan pakan. Bisa menggunakan uji proksimat, atau quick tes (kadar air), ada juga NIR (proksimat) yang disertai dengan pengujian laboratorium. Dari pengujian kimia, dapat diketahui kandungan gizi dari bahan pakan tersebut, misalnya kadar protein, lemak, karbohidrat, abu, serat, kadar air dll. Hasil uji kimia selanjutnya dapat dijadikan acuan untuk menentukan formulasi ransum, atau seberapa banyak bahan pakan tersebut akan digunakan dalam campuran formulasi pakan. Selain uji fisik dan kimia, biasanya juga dilakukan uji toksin pada bahan pakan yang datang. Uji toksin berguna untuk mendeteksi kandungan toksin pada bahan pakan terutama biji-bijian. Hal ini juga seringkali sebagai penentu keputusan bahan baku diterima atau ditolak,” jelas Yulia.
Penyimpanan bahan pakan
Dirinya menambahkan bahwa yang harus digaris bawahi adalah kontrol kualitas ini tidak hanya berhenti pada saat pengadaan bahan baku saja. Namun bicara kontrol kualitas harus dimulai dari penerimaan bahan baku, penyimpanan, proses, pengemasan hingga rilis produk dan pendistribusian. Pasalnya kerusakan bahan pakan juga dapat terjadi saat penanganan maupun penyimpanan. Terlebih bahan pakan bersifat sensitif dan rentan terhadap kerusakan akibat perubahan kondisi lingkungan.
Lebih lanjut Yulia menyinggung tentang pentingnya manajemen penyimpanan untuk menjaga kualitas bahan pakan. Dimana tempat penyimpanan bahan pakan harus dalam kondisi yang baik. Kemudian bahan baku yang ada harus disimpan sesuai dengan jenisnya, seperti bahan pakan biji-bijian di silo, benda cair di tangki dan berwadah karung di gudang dsb. Kemudian tempat penyimpanan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuat jarak antar tumpukan, pada bahan pakan yang disimpan dalam karung. Pembuatan jarak antar tumpukan juga bisa mempermudah saat pengambilan serta pengecekkan berkala. Untuk bahan pakan yang disimpan dalam silo, perlu dilakukan aerasi. Apabila sirkulasi udara cukup baik maka risiko penumpukan panas di beberapa titik tumpukan dapat dihindari.
“Kemudian yang tidak kalah penting adalah kapasitas dari tempat penyimpanan harus sesuai dan mencukupi. Jangan sampai tempat penyimpanan over capacity yang dapat meningkatkan kelembapan dan menarik tumbuhnya mikroorganisme pada bahan pakan. Selain itu temperatur merupakan hal yang sangat penting di lokasi penyimpanan, misal di gudang temperature harus dibawah 40 oC, karena diatas itu bisa berpotensi menyebabkan kebakaran atau hot spot terutama bagi bahan baku yang mengandung lemak hewani,” terangnya.
Masih terkait penyimpanan, manajemen pengendalian hama (pest control) yang baik juga harus diperhatikan. Apabila pest control buruk, maka hama seperti tikus, burung, kutu secara berkelanjutan akan merusak kualitas bahan pakan. Pest control manajemen dilakukan secara rutin untuk mencegah gangguan hama atau setidaknya meminimalisir gangguan hama.
“Yang kadang tidak terlihat adalah kutu, karena di penyimpanan menjadi musuh, dia tidak terlihat tapi menggerogoti bahan baku dan struktur fisik. Pembasmiannya pun cukup sulit sehingga dibutuhkan langkah preventif bisa melalui spray atau fogging secara rutin. Pasalnya terkadang larva kutu ini terbawa dari lapangan atau saat penerimaan. Apabila saat penyimpanan mendapatkan lingkungan yang cocok, maka dapat berkembang dan menyerang bahan pakan, sehingga apabila dibiarkan akan sangat merugikan,” jelasnya.
Sementara itu, dalam hal pendistribusian harus menggunakan metode FIFO untuk menjaga bahan pakan selalu dalam kondisi baik. Banyak contoh kasus di mana kerusakan material dipicu oleh penyimpanan yang terlalu lama. Selain itu, perlu juga dilakukan inventarisasi barang yang berurutan sesuai dengan tanggal masuk. Dengan pendistribusian secara FIFO maka akan membantu inventarisasi barang menjadi lebih teratur dan tercatat rapi serta memudahkan aspek traceability apabila terjadi masalah dikemudian hari.
“Selanjutnya saat ini juga banyak alternatif feed additive yang bisa meminimalisir terjadinya penurunan kualitas bahan pakan. Untuk itu bisa dipakai imbuhan antijamur yang ditambahkan pada bahan baku selama penyimpanan. Terus untuk bahan yang mengandung lemak kadar tinggi, bisa menambahkan antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi selama penyimpanan. Itu akan cukup membantu menekan penurunan kualitas bahan pakan,” pungkasnya.
Sumber: poultryindonesia.com