Alatternakayam – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengumumkan bahwa Indonesia akan menghadapi El Nino yang dimulai pada bulan Juni 2023 dengan intensitas lemah kemudian menguat hingga moderat. Melansir laman resmi BMKG, El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Hal ini juga berdampak cuaca panas akan begitu terasa di Indonesia dalam kurun waktu beberapa waktu ke depan. Kondisi tersebut tentu saja membuat tubuh menjadi tidak nyaman dan mengalami stress. Hal ini pun juga bisa terjadi pada ternak ayam ras. Stress pada ayam ras terutama akibat suhu yang panas (heat stress) menjadi salah satu ketakutan terbesar yang dapat menyebabkan kerugian serius pada usaha budi daya ayam ras. Hal ini juga bisa diperparah jika peternakan ayam ras tersebut belum menerapkan sistem pengontrolan suhu dan kelembapan secara otomatis (closed house) yang bisa mengondisikan ternak dalam suasana nyaman.

Dampak negatif suhu panas pada pemeliharaan ayam ras

Stres panas (heat stress) adalah suatu gangguan yang dialami ayam ras akibat kondisi suhu udara lingkungan yang melebihi suhu normal (>28oC) pada zona nyaman. Hal tersebut mengakibatkan ayam ras tidak mampu untuk menyeimbangkan antara produksi dan pembuangan panas tubuhnya. Perlu diketahui bahwa zona nyaman (comfort zone) ayam ras berada pada kisaran suhu 25-28oC dengan kelembapan 60-70%. Bahkan, pada suhu 33°C selama beberapa jam saja bisa menyebabkan kematian pada unggas. Pada prinsipnya ketika ayam ras sedang dalam kondisi heat stress, ayam ras akan berusaha menurunkan suhu tubuhnya melalui pelepasan panas tubuh. Akan tetapi, karena ayam ras tidak memiliki kelenjar keringat, maka gejala heat stress dapat dilihat melalui respon yang terlihat dari tingkah laku ayam.

Pada gejala heat stress, ayam akan merenggangkan, menggantung, atau melebarkan sayapnya. Akan tetapi usaha ini kurang optimal karena suhu lingkungan kandang tidak berbeda nyata dengan panas tubuhnya. Kemudian, ayam akan menempelkan tubuh ke dinding kandang yang lebih dingin atau membenamkan tubuhnya ke dalam litter. Terkadang ayam juga melakukan “mandi” di tempat minum. Selain itu, ayam juga akan melakukan peripheral vasodilatation atau meningkatkan aliran darah perifer (tepi), terutama pada bagian jengger, pial, dan kaki, sehingga bagian tersebut warnanya menjadi lebih merah dan panas.

Gejala lain pada heat stress adalah ayam mengalami panting, yaitu bernapas melalui tenggorokan atau meningkatkan evaporasi (penguapan). Ayam akan membuka mulutnya dan menggerakkan tenggorokannya sebagai tempat keluar masuk udara. Pelepasan panas melalui evaporasi memungkinkan ayam untuk menurunkan panas tubuhnya. Meskipun demikian, panting memerlukan aktivitas otot yang lebih tinggi dan dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan energi panas, dimana berhubungan dengan cekaman panas. Ayam yang sudah melakukan panting namun suhu tubuhnya tidak menurun, akan menjadi lemah, pingsan, kemudian bisa mati mendadak. Kematian akibat heat stress ini terutama akan mulai terjadi saat suhu tubuh ayam mencapai 42oC atau lebih. Ciri lain yang dapat dilihat dengan mudah oleh peternak adalah konsumsi air yang meningkat. Hal ini juga akan menyebabkan feses dan litter menjadi lebih basah.

Efek dari suhu yang panas secara langsung juga dapat memicu penyakit mudah menyerang. Efek tidak langsung, ternak akan mencoba beradaptasi dengan lingkungan termal yang lebih tinggi untuk mengurangi produksi metabolik. Pada ayam ras pedaging, heat stress dapat menurunkan performa produksi, pertumbuhan tidak optimal bahkan meningkatkan angka mortalitas. Begitupun pada ayam ras petelur, yang mana kinerja reproduksinya akan terganggu akibat gangguan hormon yang terlibat dalam reproduksi. Suhu panas dapat mengubah perilaku unggas menjadi tidak normal, menurunkan produksi telur harian, pertumbuhan menurun, angka kematian meningkat karena rusaknya imunitas, sehingga kerugian ekonomi tidak dapat terelakkan oleh para peternak. Selain itu, terjadinya penyakit unggas karena heat stress juga harus menjadi perhatian utama dalam peternakan ayam.

Mengurangi dampak suhu panas pada pemeliharaan ayam ras

Penting untuk diketahui bahwa dalam penanganan heat stress perlu memperhatikan dua hal yaitu, upaya mengurangi panas yang dirasakan pada ayam serta mengurangi panas yang dihasilkan dari ayam itu sendiri. Dimulai dari mengatasi suhu tinggi di lingkungan kemudian support kondisi ayam yang menurun karena heat stress ini. Hal tersebut tentunya didukung dengan perbaikan manajemen lingkungan dan pemberian pakan yang sesuai kebutuhan untuk menjaga ayam tidak menghasilkan panas berlebih dari tubuhnya.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi heat stress agar tidak terjadi berlarut-larut dan merugikan peternak. Pertama, pengaturan ventilasi menjadi hal yang harus diperhatikan. Tentu pada sistem kandang closed house, hal ini bukanlah menjadi sebuah persoalan. Namun pada sistem open house, hal ini dapat dilakukan dengan membuka semua tirai pada saat cuaca panas, sehingga sirkulasi udara panas menjadi cepat berganti dengan udara dingin. Pengaturan ventilasi juga dapat dilakukan dengan memberikan tambahan blower pada kandang.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penjarangan ayam. Penjarangan dalam satu kandang bertujuan untuk mengurangi kepadatan, sehingga ayam lebih merasa nyaman, tidak terlalu panas, padat, dan dapat dengan leluasa meradiasikan panas dari dalam tubuhnya ke lingkungan. Contoh pelepasan panas dengan radiasi ialah ayam merenggangkan atau melebarkan sayapnya. Pada ayam umur < 14 hari, pelebaran sekat kandang juga dapat dilakukan untuk mengurangi kepadatan kandang. Saat heat stress kepadatan kandang dapat dikurangi sekitar 10 persen.

Kemudian kondisi litter juga harus terus diperhatikan. Sebab litter yang sudah tidak layak dapat menjadi sumber panas tanpa kita sadari, melalui sistem fermentasi yang berada pada litter itu sendiri. Tambahkan litter baru jika kondisinya sudah sangat lembap oleh feses yang basah. Selain itu manajemen air minum dengan kualitas yang baik juga harus dilakukan. Suhu air minum yang baik adalah 20-24oC. Air dingin dapat digunakan untuk membantu ayam menstabilkan suhu tubuh ayam saat udara lingkungan tinggi. Saat suhu tinggi nafsu minum ayam meningkat drastis, bahkan jika suhu mencapai 32oC konsumsi air minum bisa meningkat 50%. Atur pula distribusi tempat air minum dan kontrol ketersediaan air secara berkala (terutama jika menggunakan tempat air minum manual). Jika perlu tambah jumlah TMA sehingga tidak mempersulit ayam untuk mengaksesnya.

Sesuaikan perlakuan dengan kondisi lingkungan, misalnya tidak melakukan vaksinasi, potong paruh (debeaking) atau perlakuan lain pada saat suhu lingkungan tinggi, karena hal ini dapat lebih memperparah kondisi heat stress. Kegiatan seperti ini dapat dilakukan saat cuaca dingin atau malam hari. Selain itu, sebaiknya tidak memberikan ransum pada siang hari saat kondisi suhu sedang tinggi, karena bisa menyebabkan kematian akibat tingginya aktivitas metabolisme pencernaan dan dihasilkannya banyak panas tubuh. Untuk itu, manajemen yang dapat dilakukan adalah dengan memberi 1/3 ransum pada pagi hari, kemudian 2/3 ransum pada waktu menjelang sore, dan memberikan ransum tambahan yang mengandung suplemen kalsium atau mineral lain yang dibutuhkan oleh ayam pada malam hari. Kemudian pemberian vitamin, suplemen dan elektrolit penunjang juga penting untuk dilakukan. Biasanya peternak memberikan vitamin C saat kondisi cuaca panas. *Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan UGM

Sumber: poultryindonesia.com