Alatternakayam – Isu penggunaan hormon pada budidaya ayam ras khususnya ayam ras pedaging ( broiler) masih saja berkeliaran.Namun, isu itu hanya sebatas isu, tidak ada fakta yang mendukung.

National Poultry Technical Consultant, drh. Baskoro Tri Caroko, ketika mengisi acara webinar dengan tajuk ” Chicken and Egg For Better Life” (28/10) mengungkapkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan broiler yang sangat cepat merupakan hasil riset seleksi genetik, yang dilakukan para ahli selama puluhan tahun.

“Diawali dengan perkawinan silang dari beberapa ayam unggulan, yang dikembangkan terus menerus dan berkesinambungan. Broiler modern potensi genetiknya luar biasa, dalam 30 hari bisa mencapai bobot 2 kg, yang membutuhkan pakan dengan kualitas tinggi dan good management practice,” tegasnya dalam webinar dalam rangkaian acara untuk memperingati Hari Ayam dan Telur Nasional Ke-13 (HATN) dan World Egg Day.

Menurutnya pakan yang diberikan pada broiler sesuai kondisi dan kebutuhan broiler pada setiap fase pertumbuhannya. Pakan ini diformulasikan dan didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dengan pertumbuhan broiler, serta didukung dengan teknologi yang diterapkan oleh industri pakan unggas yang sudah maju sedemikian pesat.

Menurut Baskoro penyuntikan hormon di ayam pedaging sangat tidak mungkin. Sebab, dalam undang – undang tentang peternakan dan kesehatan hewan secara tegas melarang penggunaan hormon bagi ternak. “Setiap orang yang melakukan pelanggaran pada undang- undang tersebut, diancam pidana kurungan maksimal 9 bulan atau denda sebesar 750 juta rupiah,” jelasnya.

Ia menjelaskan adanya penyuntikan pada broiler itu lebih pada penyuntikan vaksin, bukan hormon yang bertujuan untuk menambah kekebalan tubuh ayam terhadap penyakit. Dan menurut perkembangan terkini vaksinasi ayam broiler lebih dilakukan di hatchery dan vaksinasi in ovo ( didalam telur).

“Vaksinasi di hatchery ini sangat menguntungkan karena meminimalisir stres pada saat vaksinasi, sehingga feed intake ayam tetap lancar tidak terganggu karena vaksinasi,” pungkasnya.

Sumber: poultryindonesia.com