Alatternakayam Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan sumber daya alamnya. Menyadari akan pentingnya pangan berprotein hewani dan juga pentingnya menjaga keanekaragaman unggas asli Indonesia, MIPI (Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia) atau World’s Poultry Science Association-Indonesia branch, terus berupaya untuk menggali potensi dan update terhadap berbagai hal, seperti teknologi, inovasi dan hal-hal terkait. Hal ini juga yang mendorong MIPI untuk berbagai ilmu dan berkolaborasi dengan berbagai instansi, baik nasional maupun internasional.

Adapun hari ini MIPI diundang oleh Kedutaan Besar Kerajaan Denmark (Embassy of Denmark) guna mendiskusikan tentang situasi unggas domestik di Indonesia dan di Denmark bersama pakar dari Denmark. Senior Specialist of Seges Innovation, Jette Soholm Peterson mengatakan bahwa ia kerap bersinggungan dengan masalah kesejahteraan hewan, litter yang mempengaruhi kondisi telapak kaki ayam, dan upaya meningkatkan produksi daging dada ayam, daging ayam yang berkualitas dan peningkatan efisiensi untuk peternak.

“Kami sekarang sedang sibuk menghitung produksi carbon footprints per kilogram ayam dan per farm. Ini sangat populer untuk sustainabilitas dan juga perunggasan di Indonesia saya lihat cukup menarik,” katanya dalam pertemuan yang dihelat pada Senin (3/7) di Kuningan, Jakarta Selatan.

Presiden MIPI, Prof Arnold Parlindungan Sinurat dalam sambutannya menjelaskan bahwa MIPI terhubung dengan WPSA di dunia yang berkantor pusat di Belanda. Menurutnya, MIPI bukanlah organisasi yang begitu besar, MIPI hanya ingin berbagi pengetahuan tentang industri perunggasan dan setiap aspek mulai dari budidaya peternakan, pengolahan, pemasaran dan lain-lain. Sebab anggota MIPI terdiri dari orang yang mempunyai keahlian yang sangat beragam yang mencakup semua aspek pengetahuan dan ilmu perunggasan.

“Kami berbagi pengetahuan dengan melakukan seminar, webinar dan juga konferensi. Biasanya dilakukan minimal 1 – 2 seminar dalam setahun.  Kami melakukan seminar itu bersamaan dengan pameran seperti Indolivestock di Surabaya pada 26-28 Juli nanti, dan pada 20-22 September kami akan mengadakan konferensi unggas air dunia yang ketujuh (7th World Waterfowl Conference) di ILDEX,” sebut Arnold.

Hadir pula Ketua Dewan Pengawas MIPI yang juga Konsultan dan Peneliti Breeding Bebek, Dr. L. Hardi Prasetyo yang mengungkapkan bahwa 10 tahun ke belakang konsumsi bebek masyarakat Indonesia terus tumbuh. Ia pun kini tengah sibuk mempersiapkan konferensi unggas air yang pada September nanti akan digelar bersamaan dengan Pameran ILDEX Indonesia di ICE BSD, Tangerang.

“Baru-baru ini bebek di Indonesia merupakan industri yang berkembang. Namun jika konsumsinyga dibandingkan dengan ayam, itu masih kecil. Tetapi konsumsinya di Indonesia diprediksi akan tumbuh ke depannya,” ungkap Hardi secara optimis.

Pertemuan ini berlangsung menarik, dan banyak hal-hal yang digali tentang perunggasan di Indonesia dan Denmark , mulai dari situasi terkini hingga tantangan ke depan. Salah satu poin yang menarik yang dikemukakan oleh Jette ialah setiap peternak ayam di negaranya dipungut iuran atau levy yang besarnya sekitar Rp 100,-/ekor/tahun. “Dana ini digunakan khusus untuk pengembangan teknologi dan inovasi dalam bidang perunggasan,” imbuh Jette.

Pertemuan ini bertujuan untuk mendorong dialog, berbagi praktik terbaik, dan menjajaki potensi kerja sama antara Denmark dengan Indonesia di sektor perunggasan.

Sumber: troboslivestock.com