alatternakayam – Sektor perunggasan nasional sempat dihebohkan pada 5 tahun silam akibat adanya pelarangan pemberian Antibiotic Growth Promotor (AGP). Hal itu disampaikan melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 14 Tahun 2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Regulasi ini menjadi kebijakan awal terkait mendukung Antimicrobial Resistance (AMR), juga sebagai dasar pemerintah untuk menggolongkan obat hewan berdasarkan tingkat bahaya obat hewan dalam penggunaannya.

Sebagai penjaga keseimbangan mikroflora usus dan mengoptimalkan proses pencernaan, pemberian feed additive selalu dibutuhkan dalam pemeliharaan ayam ras komersial untuk meningkatkan produktivitas.

Dengan demikian, adanya pelarangan penggunaan AGP memaksa industri peternakan khususnya produsen obat hewan untuk mencari produk alternatifnya. Tujuannya pun sama dengan AGP, yakni untuk memaksimalkan produktivitas dengan cara memelihara keseimbangan mikroflora usus dan meningkatkan daya serap nutrisi. Pun saat ini, sudah banyak beredar produk feed additive sebagai alternatif AGP, diantaranya asam organik, probiotik, prebiotik, sinbiotik, fitobiotik, enzim, dan lain sebagainya.

Secara umum, feed additive berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pakan dan membuat rasio konversi pakan (FCR) serendah mungkin dengan mekanisme kerja dari tia; berbagai jenis feed additive itu sendiri. Namun, menurut Dr. Ir. Muhsin Al Anas, S.Pt., IPP. selaku dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, senyawa yang mengandung antibakteri menjadi salah satu komponen feed additive yang paling dicari oleh peternak, khususnya pasca pelarangan penggunaan AGP.

“Berkembangnya feed additive ini, setelah adanya pelarangan penggunaan AGP. Karena alternatif AGP atau feed additive alternatif berperan untuk menjaga produksi ayam tetap maksimal. Selain mencegah bakteri patogen, fungsi lainnya untuk meningkatkan histopatologi atau mikrovili usus, bagaimana agar usus ayam ini memiliki penyerapan nutrisi yang optimal,” kata Muhsin saat berbincang dengan Poultry Indonesia secara daring melalui Zoom, Senin (27/3).

Beberapa jenis feed additive yang dikenal sebagai antibakteri adalah asam organik, probiotik, prebiotik (sebagai makanan probiotik), dan fitogenik atau herbal. Secara definisi, asam organik merupakan senyawa kimia golongan asam lemak yang memiliki pH bersifat asam. Dengan begitu, asam organik akan menjaga pH saluran pencernaan dan menyeimbangkan mikroflora pada usus. Sedangkan probiotik adalah berupa mikroorganisme hidup yang berperan melawan mikroorganisme patogen dalam saluran pencernaan ayam. Pun prebiotik adalah suatu senyawa atau zat aktivator sebagai makanan dari mikroorganisme probiotik.

Kemudian fitogenik atau yang umum disebut herbal juga dikategorikan sebagai feed additive, yang produknya kian menjamur pasca pelarangan penggunaan AGP. Sebenarnya, herbal sudah sangat lumrah digunakan untuk kesehatan manusia secara turun temurun oleh nenek moyang kita di Indonesia. Musabab, herbal memiliki zat bioaktif yang terdiri dari beberapa senyawa seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin. Hal inilah yang kemudian hari dimanfaatkan oleh industri perunggasan sebagai antibakteri, antioksidan, mengurangi produksi amoniak, dan meningkatkan imunitas.

Selain itu, terdapat feed additive yang bekerja dengan mendegradasi bahan pakan, yaitu enzim. Dalam kata lain, enzim berperan mempercepat reaksi penyerapan nutrisi dari suatu bahan pakan, yang memiliki daya cerna rendah. Dengan cara mengubah substrat untuk menjadi suatu molekul yang lebih mudah dicerna. Jenis enzim beserta substrat dan target bahan bakunya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis Enzim dan Target Substrat

EnzimSubstratTarget Bahan Baku
XilanaseArabinoxylanSemua bahan baku asal tumbuhan
SelulaseSelulosaSemua bahan baku asal tumbuhan
𝝰 galaktosidaseOligosakaridaBungkil kedelai
AmilasePatiJagung, gandum, dll
FitaseAsam fitatSemua bahan baku asal tumbuhan
𝛃-glukanase𝛃-glukanBarley dan gandum
MannanaseMannasBungkil kedelai, bungkil inti sawit
ProteaseProteinSemua bahan baku berprotein nabati dan hewani

Sumber : Remus (2009)

“Contohnya enzim yang umum digunakan pada peternakan ayam komersil adalah fitase untuk kecernaan pakan yang mengandung asam fitat. Kemudian, amilase untuk degradasi jagung lebih optimal dan mannanase untuk bungkil sawit, serta masih banyak lagi enzim yang bermanfaat untuk ayam,” tutur Muhsin.

Jika melihat dari fungsi dan sistem kerjanya, feed additive memang memiliki jenis yang beragam.  Walau secara harfiah feed additive merupakan tambahan dalam pakan, namun pemberiannya menjadi suatu hal yang tidak boleh terlewatkan oleh peternak. Mengingat fungsinya yang sangat krusial dalam menjaga kesehatan dan meningkatkan produktivitas. Lantas bagaimana cara pertimbangan dalam feed additive yang benar.

Sumber: poultryindonesia.com