Alatternakayam – Peternakan ayam modern menuntut efisiensi tingkat dewa dimana perkembangan genetik ayam dan variasi teknologi pemeliharaan ayam terus menjulang. Hal ini menyebabkan jumlah, keragaman jenis, dan keganasan mikroba seakan ikut berpacu seiring dengan usaha peternakan itu sendiri. Pengetahuan akan karakteristik mikroba maupun beberapa disinfektan penting bagi seorang praktisi tentu saja sangat membantu untuk memenangkan babak-babak pertempuran yang terjadi.
“Dalam sejarah peradaban umat manusia, ajang pertempuran melawan mikroba seolah tak lekang oleh waktu.”
Manusia dan mikroba
Pada abad pertama, rahib Marcus Terentius Varro seperti yang dituturkan dalam laporan Leclainche pada tahun 1936, membuat suatu hipotesis bahwa ada makhluk tidak kasatmata yang disebutnya sebagai “animalcules” yang memegang peranan penting dalam kasus-kasus penyakit, bukan akibat kutukan.
Kelak, setelah lebih dari lima belas abad kemudian, wujud-wujud animalcules menjadi jelas, yaitu setelah penemuan Anthony van Leuwenhook, Robert Koch, dan Louis Pasteur mengenai kehidupan mikroorganisme. Kini, baik bakteri, virus, maupun mikroba patogen lainnya tetap menjadi ancaman bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, termasuk ayam.
Untuk mengatasi aktivitas mikroba, penggunaan preparat disinfektan ternyata sudah dimulai kira-kira 3000 tahun sebelum Masehi, yakni ketika kebudayaan Mesir kuno sudah menggunakan anggur dan asam cuka untuk membilas rongga perut mayat yang akan dibalsem sebelum disimpan dalam bentuk mumi. Meski aspek ilmiahnya belum diketahui secara pasti, namun keperkasaan kedua senyawa kimia tersebut sudah terbukti dapat menghambat proses pembusukan.
Dalam kebudayaan Arab, penggunaan preparat al quali alias soda untuk mempercepat penyembuhan luka pada ternak sudah dikenal sejak abad pertengahan. Terminologi al quali ini pada akhirnya dikenal sebagai preparat alkali untuk menyatakan sekelompok senyawa kimia yang bersifat basa atau alkalis. Sampai saat ini, senyawa alkali, seperti soda api dan detergen, masih banyak dipakai sebagai disinfektan ataupun antiseptika.
Peternakan ayam modern
Pada industri perunggasan modern, aspek efisiensi yang telah diterapkan secara luas dapat dengan mudah diamati pada beberapa aspek. Pertama, kepadatan ayam yang sangat tinggi dalam setiap satuan luas kandang. Hal ini akan tampak dengan jelas pada sistem perkandangan yang tertutup (closed-house system).
Kedua, penerapan sistem operasional yang bertingkat alias “multi-age system”, sehingga produk akhir akan dihasilkan secara berkesinambungan. Ketiga, waktu istirahat kandang yang semakin singkat, sehingga produktivitas kandang dan tenaga kerja dalam satu tahun akan meningkat.
Meski program sanitasi dengan menggunakan disinfektan telah dijalankan dengan rutin, secara tidak sadar, ketiga bentuk efisiensi tersebut akan akan mengakibatkan peningkatan jumlah, variasi, dan keganasan mikroba patogen di sekitar ayam yang dipelihara secara signifikan dari waktu ke waktu.
Adanya ledakan kasus penyakit infeksius pada peternakan ayam modern, selain memengaruhi produktivitasnya, juga akan memengaruhi kualitas produk, seperti daging dan telur yang dihasilkannya (Rich dan Perry, 2011), kontaminasi lingkungan area peternakan, dan juga berpotensi terjadi transmisi agen penyebab ke karyawan kandang karena bersifat zoonosis (Dohoo et al., 1998).
Manipulasi lingkungan peternakan sebenarnya sudah mampu mereduksi prevalensi ledakan kasus infeksius, misalnya mengurangi kontaminasi manure alias kotoran ayam sekitar lingkungan kandang, mereduksi populasi ayam yang terlalu padat dalam suatu kandang, dan mengeliminasi insekta, rodensia, ataupun hewan liar lainnya yang dapat bertindak sebagai vektor atau karier mikroba tertentu (Daszak et al., 2000; Smith, 2005; Dohoo et al., 2010 dan 2011; Howells et al., 2018; Abdulhameed et al., 2018).
Di lapangan, istirahat kandang sering kali dianggap suatu hal yang mubazir. Tanpa istirahat kandang berarti mikroba patogen yang ada selalu mempunyai tempat atau media untuk melangsungkan kehidupan dan berkembangbiak, termasuk beradaptasi dengan induk semang yang ada. Suatu ketika, keganasan mikroba yang adapun akan meningkat nyata.
Hal ini berarti perbanyakan jumlah mikroba dan peningkatan keganasan hanya terjadi selama proses pemeliharaan itu berlangsung. Adanya beberapa mikroba patogen yang mempunyai daya tahan yang baik di lingkungan ayam, seperti yang tertera dalam Tabel 1, tentu saja akan membuat kualitas lingkungan ayam semakin buruk.
Tabel 1: Daya tahan beberapa mikroba di lingkungan ayam (diolah dari berbagai sumber)
Jenis mikroba: | Daya tahan di luar tubuh ayam: |
NDV (Newcastle Disease Virus) | Beberapa hari sampai minggu |
IBV (Infectious Bronchitis Virus) | Beberapa bulan |
IBDV (Infectious Bursal Disease Virus) | Beberapa bulan |
ILTV (Infectious Laryngotracheitis Virus) | Beberapa bulan sampai tahun |
MDV (Marek Disease Virus) | Beberapa bulan sampai tahun |
Pasteurella multocida | Beberapa minggu |
Mycoplasma spp. | Beberapa jam sampai hari |
Hemophillus paragallinarum | Beberapa jam sampai hari |
Clostridium perfringens (spora) | Beberapa tahun |
Eimeria spp. (ookista) | Beberapa bulan sampai tahun |
Proses sanitasi kandang dan fasilitas lainnya dengan menggunakan disinfektan tidak bisa menjamin seratus persen bebas dari residu mikroba yang ada. Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu, kesehatan suatu kandang dan fasilitas lainnya secara bertahap akan mengalami penurunan. Kondisi ini tentu saja akan berlangsung dalam waktu yang relatif lebih cepat jika program istirahat kandang tidak ditegakkan. Secara bertahap namun pasti, penurunan status kesehatan akan tetap terjadi.