Alatternakayam – Tidak dapat dipungkiri bahwa budidaya ayam kampung masih menjanjikan, sebab ayam kampung memiliki pangsa pasar tersendiri. Kendati demikian, jika dibandingkan dengan broiler (ayam pedaging) dan layer (ayam petelur), produksi ayam lokal masih jauh lebih rendah. Untuk itu, ada alternatif ayam kampung unggul Balitbangtan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) atau populer dengan sebutan ayam KUB.

Salah satu peternak ayam KUB di Salatiga, Jawa Tengah, Sumali mengaku bahwa telah menggeluti budidaya ayam KUB selama hampir 5 tahun. “Saya masih bisa bertahan dan eksis karena memegang hulu sampai hilir, sehingga sudah terintegrasi.  Mulai dari produksi indukan petelur, DOC (ayam umur sehari), ayam konsumsi dan kuliner, untuk itu kami tidak tergantung pada hiruk-pikuk dunia luar,” cetus pria yang merupakan salah satu peternak binaan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jawa Tengah ini.

Sejak meningkatnya biaya pakan ayam, Sumali mulai membuat pakan secara mandiri. Ini merupakan bukti bahwa peternakan ayam KUB miliknya dapat bertahan, walaupun diterjang oleh badai mahalnya biaya pakan yang naik 4-5 kali lipat dari harga normal. Sumali terus berinovasi supaya peternakan ayam KUB-nya bisa tetap berdiri kokoh, terlebih pada periode waktu 2 tahun terakhir ini.

“Guna mengantisipasi harga pakan yang sangat tinggi, kami membuat lubang-lubang di depan kandang. Kemudian kami kumpulkan sampah-sampah organik dari warung dan pasar, dan kami masukkan ke lubang-lubang tadi. Kami beri sedikit EM4 dan dedak, setelah itu didiamkan selama sepekan. Ketika dibuka, sudah ada hewan-hewan kecil yang di situ,” kisah dia.

Usai lubang-lubang tadi dibuka, Sumali melepas ayam-ayamnya untuk mengonsumsi hewan kecil atau belatung tersebut. Sumali merujuk proses tersebut sebagai teknologi terbaru dari mereka. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi dan menyiasati harga pakan yang sangat tinggi, sebab biaya pakan mengandung protein seperti tepung ikan atau konsentrat masih belum terjangkau oleh peternak.

Ia berpikir untuk memproduksi maggot, tetapi maggot perlu manajemen pemeliharaan yang konsisten. Sedangkan Sumali menilai belum sampai ke tahap itu. “Sampah-sampah organik saya kumpulkan di lubang, setelah satu pekan kita buka. Ini ayam sudah senang, gizinya pun banyak. Maka itu kami bisa bertahan,” tandas Sumali.bella