Alatternakayam – Kendati menjadi sebuah hal wajar, namun akan menjadi masalah apabila gejala reaksi post vaksinasi ini muncul secara berlebihan atau berkepanjangan (lebih dari seminggu) sehingga menimbulkan stres pada ayam, nafsu makan dan produktivitas menurun, bahkan sampai menimbulkan kematian.
Gejala reaksi post vaksinasi yang terjadi berkepanjangan ini biasa disebut dengan istilah rolling reaction. Hal ini biasanya diakibatkan karena ayam tidak menerima dosis vaksin yang seragam, sehingga menyebabkan terjadinya shedding atau pengeluaran virus hasil multiplikasi dari vaksin live dari ayam-ayam yang mendapatkan satu dosis ke ayam lain yang dosis vaksinasinya kurang atau belum divaksin. Kondisi ini menyebabkan ayam-ayam yang dosis kurang seperti mendapatkan vaksinasi lagi dan terjadi lagi reaksi post vaksinasi.
Agar tidak menjadi hal yang kontraproduktif, penting bagi peternak untuk memperhatikan proses pemberian vaksin serta kondisi ternak yang akan divaksin. Hal ini untuk mencegah reaksi post vaksinasi yang berlebihan, sehingga tujuan awal dari pemberian vaksin untuk pencegahan penyakit bisa tercapai.
Bagaimana kondisi ternak yang hendak di vaksin menjadi hal pertama yang harus diperhatikan. Sebelum melakukan vaksinasi, peternak harus memastikan ternaknya dalam kondisi sehat, nyaman dan tidak stres. Pada ayam yang sakit atau stres, sistem kekebalan tubuh ayam akan menurun, sehingga dapat meningkatkan risiko reaksi post vaksinasi yang lebih parah.
Faktor kedua yang perlu diperhatikan adalah proses pemberian vaksin yang tepat. Hal ini meliputi dosis yang diberikan harus seragam, serta cara pemberiannya pun harus sesuai. Dalam pemberian vaksin, dosis yang diterima oleh setiap ayam harus seragam dan diberikan secara serentak serta habis dalam waktu maksimal 2 jam per botol atau vial. Saat ayam memperoleh dosis vaksin aktif yang tidak seragam, maka akan memicu munculnya rolling reaction seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kemudian sebelum digunakan, alat vaksin termasuk jarum vaksin harus bersih dari sisa pemakaian vaksin sebelumnya, atau dalam kondisi steril. Pemakaian alat suntik yang tidak steril bisa menyebabkan peradangan pada area bekas penyuntikan. Selain itu, proses thawing vaksin juga harus tepat dengan suhu per botol kurang lebih 27 oC.
Hal berikutnya yang juga tak kalah penting adalah menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman bagi ayam. Jika kondisi lingkungan tidak nyaman, akan memicu reaksi post vaksinasi menjadi lebih parah dan meningkatkan risiko ancaman infeksi penyakit. Oleh karena itu, kondisi kandang harus optimal, baik dari kepadatan kandang, sistem ventilasi, jadwal pembersihan feses ayam maupun penerapan biosekuriti yang ketat. Masih berkaitan dengan kandang, juga penting bagi peternak untuk meminimalisir ancaman bibit penyakit dengan melakukan penyemprotan kandang minimal 2 kali seminggu.
Kemudian pemberian terapi suportif dengan multivitamin sebelum dan sesudah vaksinasi juga dapat menekan reaksi post vaksinasi. Pemberian multivitamin ini dapat meningkatkan daya tahan tubuh ayam, serta mampu menekan stres akibat vaksinasi. Harapannya, tubuh ayam mampu merespons pembentukan antibodi, sehingga akan terbentuk antibodi yang protektif (mampu melindungi ayam dari infeksi penyakit).
Dari seluruh uraian di atas, sedikit benang merah yang diambil adalah reaksi post vaksinasi merupakan sebuah kewajaran yang menandakan bahwa tubuh ayam sedang merespons vaksin dengan membentuk antibodi. Namun demikian reaksi post vaksinasi akan menjadi sebuah masalah apabila terjadi secara berlebihan dan berkepanjangan. Untuk itu peternak perlu mengantisipasi hal tersebut, sehingga proses vaksinasi tidak menjadi hal yang kontraproduktif. *Technical Sales Representatif Medion Area Binjai, Medan, Sumatra Utara
Sumber: poultryindonesia.com