Alatternakayam – Mencegah lebih baik daripada mengobati, merupakan frasa sederhana namun dalam akan makna. Semboyan ini tentunya juga relevan dengan usaha budi daya ayam ras. Yang mana dalam proses produksinya, peternak tidak bisa abai akan ancaman serangan penyakit yang senantiasa mengintai. Pasalnya dilihat dari sisi ekonomi, biaya kesehatan untuk pencegahan lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pengobatan kala ayam sudah terserang suatu penyakit.
Kendati menjadi sebuah hal yang wajar, reaksi post vaksinasi dapat berubah menjadi masalah yang serius apabila terjadi secara berlebihan dan berkepanjangan. Langkah antisipatif harus tetap dipersiapkan sehingga pemberian vaksin tidak menjadi hal yang kontraproduktif.
Dalam hal pencegahan, vaksinasi menjadi salah satu cara andalan yang biasa dilakukan peternak untuk menangkal ancaman penyakit yang menyerang. Vaksinasi merupakan sebuah langkah pencegahan serangan penyakit dengan merangsang pembentukan antibodi dari dalam tubuh ayam terhadap suatu penyakit tertentu dengan memasukkan agen penyakit yang telah dilemahkan.
Hal ini dikarenakan, normalnya bibit penyakit selalu berusaha menginfeksi ayam, dan sebaliknya antibodi ayam pun akan selalu berusaha mencegah bibit penyakit masuk. Ketidakseimbangan bibit penyakit dan kondisi antibodi ayam ini lah yang dapat menyebabkan ayam mudah terinfeksi. Oleh karena itu terbentuknya antibodi atas rangsangan vaksin ini, dapat meminimalkan risiko masuknya infeksi penyakit ke dalam tubuh ayam.
Berdasarkan sifat hidup agen infeksi yang terkandung di dalamnya, vaksin dibedakan menjadi dua jenis yaitu vaksin aktif (live vaccine) dan vaksin inaktif (killed vaccine). Vaksin aktif merupakan vaksin yang mengandung virus hidup yang telah dilemahkan. Cara pemberian vaksin aktif dapat secara massal dengan air minum dan spray maupun secara individu melalui tetes mata/hidung/mulut.
Kemudian untuk vaksin inaktif merupakan vaksin yang berisi agen infeksi yang telah dimatikan, namun masih bersifat imunogenik atau mampu merangsang pembentukan antibodi. Berbeda dengan vaksin aktif, setelah masuk ke dalam tubuh ayam, vaksin jenis ini tidak perlu bereplikasi atau multiplikasi. Namun langsung menggertak jaringan limfoid untuk membentuk antibodi. Sedangkan untuk pengaplikasian vaksin inaktif melalui suntikan intramuskular atau subkutan.
Munculnya reaksi post vaksinasi
Dalam prosesnya, seringkali vaksinasi pada ayam juga diikuti dengan adanya berbagai reaksi post vaksinasi yang membuat peternak bingung, bahkan khawatir. Hal ini tak jauh beda dengan yang terjadi di manusia. Kala beberapa waktu lalu, juga sempat ramai diperbincangkan timbulnya efek samping tertentu pada masyarakat pasca mendapatkan vaksin Covid-19, atau biasa disebut dengan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi).
Pada dasarnya munculnya reaksi setelah vaksinasi merupakan hal yang wajar, terutama pada vaksin aktif. Hal ini merupakan pertanda bahwa tubuh ayam merespons vaksin melalui pembentukan sistem antibodi. Sebaliknya, jika tidak ditemukan reaksi post vaksinasi bisa mengindikasikan vaksin tidak bekerja atau respons tubuh ayam untuk membentuk kekebalan tidak optimal.
Setelah pemberian vaksin aktif, biasanya muncul reaksi gangguan pernapasan ringan pada ayam, seperti pilek dan ngorok (vaksin ND, IB dan IBD) serta mata berair (vaksin ILT), sebagai wujud respons tubuh ayam terhadap proses vaksinasi. Biasanya reaksi post vaksinasi muncul setelah 2-3 hari pasca pemberian vaksin aktif, dan setelah seminggu gejalanya akan hilang.
Sedangkan penulis melihat bahwa untuk pemberian vaksin inaktif, relatif tidak menimbulkan reaksi post vaksinasi. Memang biasanya muncul gejala lumpuh dan bengkak saat suntik intramuskuler. Namun hal ini bukan merupakan akibat mikroorganisme yang terkandung dalam vaksin, melainkan karena proses pemberian vaksin yang kurang tepat.
Bahkan kesalahan penyuntikan saat vaksinasi dapat menyebabkan ayam mati. Hal ini biasanya terjadi karena jarum vaksin yang tumpul atau tidak pernah diganti, teknik vaksinasi atau posisi yang disuntik tidak tepat sasaran, atau bisa juga proses thawing vaksin yang kurang sempurna.
Kendati menjadi sebuah hal wajar, namun akan menjadi masalah apabila gejala reaksi post vaksinasi ini muncul secara berlebihan atau berkepanjangan (lebih dari seminggu) sehingga menimbulkan stres pada ayam, nafsu makan dan produktivitas menurun, bahkan sampai menimbulkan kematian. Gejala reaksi post vaksinasi yang terjadi berkepanjangan ini biasa disebut dengan istilah rolling reaction.
Hal ini biasanya diakibatkan karena ayam tidak menerima dosis vaksin yang seragam, sehingga menyebabkan terjadinya shedding atau pengeluaran virus hasil multiplikasi dari vaksin live dari ayam-ayam yang mendapatkan satu dosis ke ayam lain yang dosis vaksinasinya kurang atau belum divaksin. Kondisi ini menyebabkan ayam-ayam yang dosis kurang seperti mendapatkan vaksinasi lagi dan terjadi lagi reaksi post vaksinasi. *Technical Sales Representatif Medion Area Binjai, Medan, Sumatra Utara
Sumber: poultryindonesia.com