Alatternakayam – Selama 50 tahun terakhir, antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan dalam pakan unggas telah digunakan di seluruh dunia. Namun, penggunaan antibiotik pada pakan banyak mendapat perhatian dari masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran terhadap residu produk, sehingga adanya pelarangan di Uni Eropa sejak Januari 2006 (1831/2003 / CEE, Komisi Eropa, 2003). Tak terkecuali di Indonesia dengan adanya aturan UU No. 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan.
Minyak atsiri mampu memengaruhi ekosistem mikroorganisme gastrointestinal dengan mengurangi jumlah bakteri patogen. Penambahan minyak atsiri dalam pakan dapat menimbulkan efek peningkatan sekresi enzim pencernaan, sehingga dapat meningkatkan kinerja produksi broiler dikarenakan adanya.
Beberapa penelitian dalam bidang nutrisi unggas banyak difokuskan untuk menemukan alternatif pengganti antibiotik. Salah satunya adalah minyak atsiri, yang terdiri dari komponen campuran kompleks yang dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok terpenoid (mentol, linalool, geraniol, borneol, terpineol) dan kelompok alifatik hidrokarbon (thymol, carvacrol, eugenol, cinnamaldehyde).
Minyak atsiri dapat memberikan efek menguntungkan apabila dikaitkan dengan perannya pada banyak jalur metabolisme tubuh ternak. Minyak ini dapat merangsang sekresi dan aktivitas enzim pencernaan, sebagai antimikroba patogen dan meningkatkan integritas usus ayam. Minyak atsiri telah terbukti menjadi faktor penting dalam melindungi ternak dari berbagai stressor lingkungan.
Karakteristik dan manfaat minyak atsiri
Secara industri, minyak atsiri banyak digunakan sebagai parfum, obat dan Industri kuliner. Minyak atsiri merupakan jenis cairan yang terkonsentrasi tinggi dan mudah hilang pada suhu ruang. Berbeda dengan sebutannya yang bernama oil, minyak atsiri tidak lengket seperti minyak dengan warna bening dan agak kekuningan. Minyak atsiri memiliki komponen kimia mono, sesquiterpenes dan aromatic polypropanoids yang disintesis melalui jalur asam mevalonat untuk terpenes serta jalur asam sikimat untuk aromatic polypropanoids.
Minyak atsiri dari tanaman aromatik memiliki bagian yang sangat volatil, karenanya untuk memperoleh minyak atsiri perlu digunakan beberapa metode yang berbeda sesuai jenis tanamannya. Beberapa metode yang dapat digunakan seperti, distilasi menggunakan air (cananga, ginger), distilasi megggunakan air dan uap (patchouli, citronella, lemongrass, lime, basil, clove leaf oil, piper, vetiver, cajuput dan beberapa jenis daun), distilasi penguapan secara langsung (nutmeg, patchouli, cinnamon bark, cubeb, massoi, sandalwood, black pepper, vetivera dan beberapa jenis biji dan batang kayu) dan ekstraksi menggunakan pelarut.
Kemudian setiap daerah memiliki keunikan lingkungan, yang artinya juga memiliki jenis spesifik spesies tanaman. Beberapa spesies tanaman berasal dari satu daerah kemudian berkembang ke beberapa daerah yang ditanam, baik secara sengaja atau tidak. Namun untuk beberapa jenis tanaman masih dibatasi penyebaranya sesuai dengan lokasi geografisnya berasal.
Banyak hasil penelitian tentang komponen bioaktif dan manfaat minyak atsiri terhadap kesehatan seperti antikanker, pengobatan penyakit kardiovaskuler, anti-inflammatory. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa manfaat kesehatan dikarenakan mekanisme antioksidan dari komponen bioaktif minyak atsiri. Namun demikian hal yang tidak boleh terlupakan adalah fungsi minyak atsiri sebagai antiseptik dan antimikroba.
Aplikasi dalam pakan
Banyak peneliti telah melaporkan bahwa penambahan minyak atsiri ke dalam pakan broiler memiliki efek positif pada karakteristik produksi. Penambahan minyak atsiri cengkih sebanyak 0,01 dan 0,02 g/kg pada pakan broiler selama 42 hari, berpengaruh terhadap kenaikan bobot badan dari 2546 g (pada perlakuan kontrol) menjadi 2617 dan 2882 g pada perlakuan minyak cengkih.
Pada penelitian yang sama, juga dilaporkan bahwa pada akhir pemeliharaan, konsumsi pakan pada perlakuan dengan penambahan minyak cengkih 0,01 dan 0,02 g/kg yaitu, 4423 dan 4612 g, sedangkan nilai indikator ini pada perlakuan kontrol adalah 4380 g. Selain itu, konversi pakan (FCR) berkurang 1,72 kg/kg (perlakuan kontrol) menjadi 1,69 dan 1,60 kg/kg pada perlakuan minyak cengkih.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Toghyani dkk (2010) dengan menambahkan 5 dan 10 g/kg tepung cengkih ke dalam pakan broiler, dihasilkan bobot badan pada akhir pemeliharaan sebesar 2079 dan 1949 g. Sedangkan pada ayam kontrol indikator ini diperoleh bobot badan 1956 g. Mengenai rata-rata konsumsi pakan harian untuk seluruh periode pemeliharaan yang berlangsung selama 42 hari, tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan eksperimental, dan nilai rata-rata indikator yang berkisar antara 90,8 hingga 94,8 g.
Peneliti yang sama menyatakan bahwa FCR berkurang dari 1,95 kg/kg menjadi 1,86 dan 1,90 kg/kg dalam penambahan antibiotik atau 5 g/kg tepung cengkih. Pada pakan yang ditambahkan 10 g/kg tepung cengkih, nilai indikator ini adalah 2,03 kg/kg. Perbedaan yang signifikan secara statistik pada akhir percobaan, yang menunjukkan bahwa kontrol = tepung cengkih 10 g/kg < antibiotik = tepung cengkih 5 g/kg. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan cengkih pada pakan broiler lebih efektif pada dosis yang lebih rendah dibandingkan dosis yang lebih tinggi. Pada penelitian yang lainnya, penambahan oregano menyebabkan peningkatan bobot badan akhir ayam broiler sebesar 4,44%, konsumsi pakan sebesar 2,95%, dan penurunan konversi pakan sebesar 1,53% dibandingkan perlakuan kontrol.
Mekanisme peningkatan performa
Semua efek positif dari penambahan minyak atsiri dalam upaya meningkatkan kinerja produksi broiler dikarenakan adanya efek peningkatan sekresi enzim pencernaan. Salah satu mekanisme paling umum yang menjelaskan efek stimulasi minyak atsiri pada karakteristik produksi broiler adalah dampak dari higienitas pakan, yang memengaruhi ekosistem mikroorganisme gastrointestinal dengan mengurangi jumlah bakteri patogen.
Minyak atsiri memengaruhi mikroflora sekum, yang secara positif memengaruhi aktivitas mikroorganisme yang diinginkan dalam saluran pencernaan. Pasalnya kesehatan usus akan berpengaruh terhadap pengurangan toksisitas pada ayam dan aktivitas mikrobiologis yang tidak diinginkan seperti amonia dan amina biogenik. Pembentukan amina biogenik di usus telah didefinisikan oleh para peneliti sebagai komponen yang tidak diinginkan. Hal ini tidak hanya karena toksisitasnya, tetapi juga hasil dekarboksilasi asam amino esensial yang terjadi.
Lebih lanjut, minyak atsiri juga dapat mengurangi fermentasi mikrobiotik di usus kecil, sehingga meningkatkan ketersediaan nutrisi yang penting. Minyak atsiri memiliki efek menguntungkan pada organisme dalam situasi stres dan meningkatkan ketersediaan dan penyerapan nutrisi penting, yang memungkinkan lebih intensif pertumbuhan ayam dan pencapaian potensi genetik yang maksimal.
Pengurangan aktivitas mikrobiologis juga menyebabkan berkurangnya produksi asam lemak volatil, yang dapat memengaruhi stabilisasi pH usus, sehingga memastikan aktivitas pencernaan enzim yang optimal. Penambahan ekstrak tumbuhan ke dalam pakan broiler juga dapat memengaruhi peningkatan sekresi lendir, sehingga melindungi dinding perut dan jejunum. Lapisan tipis tersebut memiliki peran protektif, mengurangi kemungkinan terjadinya adhesi mikroorganisme yang tidak diinginkan ke mukosa sel epitel.
Penggunaan dalam pakan tambahan
Penggunaan minyak atsiri pada broiler sangat tergantung dari dosis dan jenis senyawanya. Oleh karena itu, perlu adanya eksplorasi penggunaan minyak atsiri dari sumber tanaman lokal di Indonesia. Sumber minyak atsiri dapat diperoleh pada tanaman yang mudah dijumpai, seperti jahe, kunir, temu kunci, lengkuas, bunga lawang, kemiri, cengkih, pala, merica, cabai merah, jeruk purut, kulit lemon, kulit jeruk, dan kayu manis.
Selain sumber minyak atsiri, perlu adanya efektivitas waktu pemberian yang tepat. Beberapa rekomendasi penelitian mengajurkan untuk dibuat nanoemulsi yang diberikan pada air minum. Kemudian, minyak atsiri memiliki sifat yang mudah menguap, sehingga pemberianya dianjurkan secara langsung setiap hari. Dosen Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang, Mahasiswa Doktor Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada