Alatternakayam – Menilik bisnis perunggasan di 2022 lalu, mungkin dapat dinilai belum begitu menggembirakan. Sebab harga live bird (LB) broiler (ayam pedaging) di tingkat peternak masih berada di bawah HPP (harga pokok produksi). Adapun biaya sapronak (sarana produksi peternakan) seperti DOC (ayam umur sehari) dapat mempengaruhi HPP peternak.
Ketua Umum GPPU (Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas), Achmad Dawami menjelaskan pada 2022 terdapat beberapa perusahaan yang tidak diijinkan impor GPS (Grand Parent Stock). Perkara suplai ayam yang banyak tetapi harganya masih tetap saja mahal, ia menjawab bahwa itu merupakan fenomena yang lalu-lalu di mana impor GPS belum terkendali.
“Sekarang pemerintah memberi dukungan untuk menstabilkan harga dengan memberikan beberapa aturan-aturan main. Siapapun yang akan impor GPS, harus menguasai beberapa hal/penetapan KPI impor GPS seperti penguasaan RPHU (Rumah Potong Hewan Unggas) dan rantai dingin (bobot 20), pemotongan LB di RPHU (20), performa produksi (15), realisasi ekspor asal broiler (10), produk olahan (10), kemitraan (10), kepatuhan terhadap kebijakan pemerintah (10), dan proposal (10),” sebut pria yang karib disapa Dawami ini.
Menurutnya, ketidakseimbangan antara supply dengan demand pasti akan dibantu oleh pemerintah. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan yaitu pengendalian supply melalui cutting HE (hatching egg) atau pemangkasan telur tetas.
Berdasarkan prognosa kedatangan GPS pada 2022 ada kelebihan 732 juta ekor. “Ada kebijakan dari pemerintah dengan memberikan cutting, toh masih ada kelebihan 498 juta ekor per tahun. Ini jika saya bilang, karena konsumsi ayamnya tidak naik-naik atau menurun waktu itu, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara supply yang anjlok, dan demand yang berkurang,” beber dia.
Melansir dari data BPS (Badan Pusat Statistik), bahwasanya konsumsi daging ayam sejak 2020 memang ada kenaikan tapi masih konsumsinya 11,6 kg per kapita per tahun. Sementara rata-rata pengeluaran masyarakat Indonesia berdasarkan kelompok komoditas, diketahui sebanyak 12 % untuk rokok dan tembakau sedangkan 5 % untuk konsumsi daging. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan konsumsi pangan bergizi masih rendah.
“Mindset masyarakat masih salah, belum lagi untuk konsumsi daging yang lain seperti sapi, babi dan lain-lain. Semua ini akhirnya akan berefek pada harga ayam umur sehari (DOC). Saya survei sampai dengan Juli 2022, harga DOC fluktiatif. Ini semua ada sebabnya dan itu akan berdampak di masa depan,” ujarnya.bella
Sumber: troboslivestock.com