Alatternakayam – Tahun 2022 telah dilalui dengan beragam dinamikanya. Memasuki 2023, tentu berbagai tantangan masih harus terus dilalui. Kendati demikian, sikap optimisme dalam memasuki 2023 harus selalu dijaga, demi untuk dapat mendukung akselerasi pemulihan industri dan bisnis perunggasan Indonesia.
“Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan bisnis dan industri perunggasan. Agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia,” kata Direktur Utama BroilerX Prastyo Ruandhito, dalam keterangan tertulis, Selasa (10/1).
Prastyo menambahkan, bisnis di sektor perunggasan sangat menjanjikan, terlebih produk protein hewani adalah salah satu penopang utama dalam pembangunan sistem kekebalan tubuh masyarakat agar tidak mudah terserang berbagai penyakit, termasuk Covid-19. Protein hewani juga berperan penting dalam pembentukan sumber daya manusia mumpuni bangsa Indonesia. Walaupun demikian, tantangan yang dihadapi oleh industri peternakan pun semakin kompleks, sehingga para pihak harus bersinergi demi dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing bisnis dan industri perunggasan nasional.
“Banyaknya tantangan yang tidak dapat diprediksi dan berubah dengan sangat cepat, juga ditambah dengan kompetisi global serta kasus energi dan perang yang belum jelas kapan berakhirnya. Namun berbagai antisipasi dan inovasi harus senantiasa dilakukan dengan melihat kondisi, lingkungan, dan perilaku masyarakat pada saat krisis yang diakibatkan olehnya. Di bisnis pakan misalnya, tantangan yang dihadapi misalnya adalah masih tidak stabilnya ketahanan dan keamanan pakan, ketergantungan bahan baku pakan dari impor, dan berbagai tantangan seputar lingkungan hidup. Oleh karena itu, para pebisnis, pemerintah dan peneliti diharapkan untuk membentuk kolaborasi positif untuk dapat menjawab tantangan yang ada,” temabahnya.
Tantangan berikutnya selalu harus diwaspadai adalah ancaman impor produk protein hewani dari berbagai negara lain. Pasca kekalahan Indonesia atas tuntutan Brazil di panel World Trade Organization (WTO) pada beberapa tahun lalu mengindikasikan bahwa cepat atau lambat, produk impor akan menyerbu masuk ke Indonesia. Berbagai antisipasi harus dilakukan, agar bisnis dan industri perunggasan Indonesia tidak sekadar menjadi penonton di rumah sendiri. Kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Berbagai antisipasi ancaman produk impor protein hewani tersebut bisa dilakukan, misalnya dengan adanya upaya untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam berbudidaya unggas domestik.
“Efisiensi dan peningkatan produktivitas adalah kunci utama dalam meningkatkan daya saing industri perunggasan dalam negeri. Dan salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi dalam budidaya unggas adalah penggunaan teknologi digital, seperti teknologi BroilerX Apps, IoT dengan Artificial Intellegent, dan BroilerX Enterprise Resource Planning (ERP) yang telah disiapkan oleh BroilerX,” tegas Prasetyo.
Dirinya menambahkan apabila berbagai langkah efisiensi produksi budidaya unggas itu dapat secara merata dapat dilaksanakan oleh para pelaku usaha, maka daya saing perunggasan Indonesia pun dapat lebih meningkat. Bahkan sangat mungkin untuk berdaya saing secara global, setara dengan industri perunggasan dari negara lain yang maju perunggasannya.
Sumber: poultryindonesia.com