Alatternakayam – Selama pemeliharaan ayam ras petelur, terdapat beberapa fase yang harus dilalui hingga ayam siap untuk berproduksi. Secara umum, hal tersebut dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase starter (0 – 10 minggu), fase grower (11-18 minggu) dan fase produksi atau laying (19 – afkir). Semua fase tersebut saling terkait dan berperan penting dalam memengaruhi performa produksi ayam.

Kemudian, tentu dalam setiap fase ini mempunyai target pemeliharaan yang hendak dituju. Mulai dari fase starter, bagaimana pertumbuhan dan pencapaian berat badan menjadi tujuan. Kemudian pada fase grower bertujuan untuk menghasilkan pullet dengan bobot standar dan keseragaman (uniformity) yang baik. Terakhir pada fase produksi, lebih kepada bagaimana ayam dapat tepat waktu mencapai puncak produksi serta dapat bertahan lama.

Perbedaan kondisi fisiologis ayam dan tujuan pada setiap fase pemeliharaan harus disikapi dengan bijak oleh para peternak. Artinya implementasi manajemen pemeliharaannya pun harus disesuaikan. Contoh yang paling sederhana adalah terkait pakan. Mulai dari kandungan nutrisi pakan, ukuran pakan hingga pengaturan tempat pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ayam. Kebutuhan nutrisi dan ukuran pakan pada setiap fase pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 1. Pun pada manajemen pemeliharaan lainnya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan ayam pada setiap fase pemeliharaan.

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi dan bentuk pakan ayam ras petelur setiap fase produksi

Strategi dalam transisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), transisi merupakan peralihan dari suatu keadaan tertentu (tempat, tindakan, masa dan lain sebagainya) ke keadaan lainnya. Apabila ditarik ke fase pemeliharaan ayam ras petelur, maka secara sederhana fase transisi merupakan waktu peralihan antara fase satu ke fase berikutnya. Untuk itu, jika merujuk pada ketiga pembagian di atas, maka fase ini meliputi transisi antara fase starter ke fase grower dan selanjutnya transisi fase grower ke fase produksi.

Penulis melihat bahwa treatment pada saat transisi ini sangat berperan penting dalam memengaruhi performa produksi ayam, karena perlakuan di setiap transisi fase awal akan menentukan fase akhir. Dan jika peternak melakukannya dengan serampangan, maka dapat berpotensi meningkatkan stres yang pada akhirnya berpengaruh pada performa ayam.

Lebih lanjut, titik kritis transisi dari fase starter ke fase grower lebih kepada pencapaian berat badan yang sering kali tidak optimal. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Seperti kualitas pakan dan day old chick (DOC) kurang baik, uniformity yang rendah, maupun faktor penyakit.

Sumber: poultryindonesia.com