Alatternakayam – Adalah Beki Hendriansyah, pemilik dari Usaha Sumber Kelapa di Jawa Timur, akan tetapi walaupun nama dari usahanya itu adalah Sumber Kelapa, Beki merupakan salah satu pembudidaya ayam hobi di Jawa Timur. Pria yang lahir di desa Tawangrejo, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar ini merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Beki lahir dari pasangan almarhum H. Sutrisno dan Ibu Hj. Ismiati.

Menjadi sukses hingga ke titik ini bukanlah hal yang mudah, setiap proses ia lakukan dengan ikhlas dan tulus. Membawa falsafah hidup menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak, nyatanya menjadi kunci kesuksesannya.

Masa lalu yang dilewati oleh Beki, tidak jauh dari latar belakang yang dimiliki oleh ayahnya. Ia bercertia bahwa memang saat mudanya dulu, ayahnya bukan terlahir dari golongan berada, bahkan ayahnya sempat menjalani pekerjaan menjadi tukang ojek, supir, hingga kernet. “Ayah saya itu dulu pernah jadi, tukang ojek jadi, jadi kerja di meubel, jadi supir, jadi kernet itu pernah beliau alami,” ucap Beki.

Awalnya Beki bercerita memang semasa kecil, ia berada di keluarga yang kurang mampu. Namun seiring berjalannya waktu, Almarhum ayahnya merintis usaha di bidang kelapa sedari ia kecil, hingga pada Beki memasuki periode SMA kelas 2, ternyata usaha yang dirintis Ayahnya membuahkan hasil yang manis. “Kebetulan ayah saya usaha di kelapa yang dirintis dari awal sampai saya SMA kelas 2 itu sudah mulai ada hasil, bisa membeli kendaraan sendiri dan lain lain,” ujarnya.

Semasa kecil, didikan almarhum H. Sutrisno, Beki gambarkan dengan didikan yang Tegas, Keras, namun tetap mendidik.Beki menyadari betul bahwa apa yang ayahnya lakukan, semata-mata kembali untuk kebaikan anak – anaknya. “Ayah saya itu orangnya keras , tapi tujuan beliau itu untuk mendidik, supaya anak itu tahu bahwa apa yang anaknya lakukan itu salah, supaya bisa menjadi lebih baik,” ungkap Beki.

Saat masa remaja, Beki sebetulnya bercita – cita untuk menjadi menjadi anggota kepolisian. Bahkan untuk mewujudkan mimpinya, Beki rela untuk selalu berolahraga setiap hari selama tiga bulan berturut – turut. Hingga akhirnya ia tamat SMA, mulailah mempersiapkan berbagai macam dokumen yang diperlukan untuk mendaftar, hingga mencoba untuk memohon restu kepada ayahnya. Akan tetapi menjadi anggota kepolisian ternyata tidak direstui oleh almarhum. Alasannya, sangat realistis karena dari nilai akhir yang didapatkan oleh Beki, tidak memungkinkan untuk mendaftar. Karena memang, untuk menjadi anggota kepolisian, tidak melulu persyaratan secara fisik, prestasi akademik juga menjadi hal yang mutlak diperlukan untuk lolos Akademi Polisi.

“Ayah saat itu berkata kepada saya bahwa, lihat nilai rata-rata saya itu 6,5, sehingga tidak bisa masuk Akademi Kepolisian salah sendiri kamu, niat mu setengah -setengah. Ya memang karena saya dulu ya agak bandel ya, jadi menurut beliau kalau di masuk CABA (Calon Bintara) itu percuma. Saya sempat kecewa dengan beliau, tapi seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya saya mengambil hikmahnya dengan mengikuti kata-kata beliau,” terangnya.

Maka dari itu, setelah permohonan untuk menjadi anggota kepolisian ditolak, Beki diberi kesempatan untuk mengenyam studi jenjang Strata 1 (S1). Tetapi kembali pada periode itu sempat beki jalani dengan setengah hati, sehingga ia jarang mengikuti kegiatan perkuliahan. Akhirnya terjadi sebuah titik balik yang sangat memengaruhi hidupnya. Sebuah kecelakaan lalu lintas menimpa Beki dengan kondisi yang cukup parah. Kendaraan mobil yang digunakannya sampai terseret hingga 100 meter.

“Kecelakaan di depan Kertosono itu cukup parah sampai menyeret mobil saya sekitar 100 meter. Sampai – sampai saya masih tidak percaya bahwa saya masih hidup. Dalam pikiran saya, mobil itu akan meledak jika melihat kondisinya, karena sebelum kecelakaan sempat diisi bahan bakar,” ucapnya.

Selepas kejadian itu, Beki akhirnya bercerita kepada orangtuanya bagaimana kronologi kejadian tersebut. Ia akhirnya berkata jujur kepada ibu dan ayahnya bahwa saat itu ia tidak mengikuti kegiatan perkuliahan, dan membuat ayahnya marah besar. Hukuman dari ayahnya kala itu adalah tidak lagi diizinkan untuk berkuliah. Sebagai gantinya, Beki mau tidak mau harus menjaga toko Poultry Shop milik ayahnya di Magetan.

Walaupun awalnya dijalani dengan terpaksa, namun seiring berjalannya waktu, Beki membawa pemikiran bagaimana caranya harus terbiasa dengan kegiatan tersebut supaya tidak jenuh apalagi stres.

“Dari situ saya ingin benar-benar belajar usaha, benar-benar belajar bisnis, benar-benar mendidik diri saya sendiri ingin ke arah bisnis. Bahkan saya sudah jarang keluar, dan jarang berkumpul dengan teman. Akhirnya saya benar-benar menggeluti usaha Almarhum bapak, kurang lebih selama 2 3 tahun. Awalnya saya mendirikan usaha pada tahun 2005 di Gambar, Wonodadi, toko masih kecil, masih eceran, pembelian satu kilo masih kami layani,” jelas Beki.

Dalam menjalankan usahanya, Beki berprinsip bahwa tidak ada kata malu jika ingin bisnis yang dijalankan itu sukses dan berkembang. Bahkan, ia tidak merasa sungkan untuk mendatangi para pemilik kandang yang ia jumpai ketika berkeliling kampung menggunakan sepeda motor.

“Dulu kami belum punya marketing, kami keliling sendiri pakai sepeda motor. Pokoknya ada kandang saya datangi untuk minta doa restu sekaligus menawarkan barang yang kami jual, bahkan kebanyakan pemilik kandang itu awalnya kami belum kenal,” kenangnya.

Setelah sempat sukses dalam merintis karir, ternyata Beki kembali diuji ketika 2010 H. Sutrisno dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa di usia 51 tahun akibat serangan jantung. Akhirnya keluarga sepakat untuk menjadikan Beki sebagai penerus bisnis dari ayahnya. Namun ternyata bisnis yang dpegang oleh almarhum, tak seindah yang dibayangkan.

“Saat itu kakak saya usahanya juga belum jalan, adik masih SMA, saya juga masih merintis, tapi yang di keluarga yang bisa dituakan itu saya. Singkat cerita usaha ayah di Magetan waktu itu saya yang pegang, ternyata waktu diaudit, Magetan bukannya punya modal ternyata malah minus dari laporan keuangannya. Jadi antara harta sama hutang, lebih banyak hutangnya, darisitulah saya merasa harus bertanggungjawab walaupun merasa terbebani,” ungkap Beki.

Namun Beki tidak mau berputus asa, karena ia selalu mengingat petuah ayahnya yaitu sukses atau tidaknya seseorang, kembali ke individu masing masing. sehingga Beki yakin mampu untuk memperbaiki usaha tersebut.

“Ayah saya menyebutkan bahwa, ‘kalau ada ujian, sukses yaitu karena kamu, gagal juga karena kamu’, itu amanah dari Almarhum ayah saya. Akhirnya saya berpikir bagaimana caranya saya bisa bangkit, bagaimana caranya saya bisa mulai dari nol lagi untuk Magetan. Dari situlah saya percaya bahwa  Allah SWT atau Tuhan tidak akan memberi ujian kepada umatnya diatas batas kemampuan mereka tersebut,” katanya.

Selain itu, petuah lainnya dari sang ayah dan mampu membawa Beki menjadi seperti sekarang adalah menjadi orang yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Implementasinya, ia merekrut pekerja untuk ayam pehobi ini dari lingkup masyarakat sekitar.

“Dimanapun saya buka usaha, disitu misi utama saya adalah menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Saya juga diberi amanah oleh ayah saya jika kamu ingin sukses kalau usaha ingin langgeng jangan lupakan satu hal yaitu shadaqah. Kalau kamu bisa shadaqah sekecil apapun, sebesar apapun, pasti kamu dipermudah, asalkan kamu ikhlas,” ucapnya sambil menirukan pesan dari ayahnya.

Pada awalnya memang Beki merasa Belajar ikhlas ternyata tidak mudah, ia merasa ikhlas itu sulitnya luar biasa.  Maka dari itu ia memutuskan untuk belajar ikhas mulai dari kecil dengan uang sebesar Rp100.000.

“Saya mencoba waktu saya masukkan kotak, di dalam hati ini ada unek-unek seperti uang itu sebetulnya bisa untuk beli rokok. Di hati kecil memang masih ada seperti itu. Sampai saya berfikir ternyata belajar Ikhlas tidak mudah. Saya belajar ikhlas akhirnya saya sampai bisa, benar-benar ikhlas, saya membagikan tiap bulan itu sampai hari ini saya jalankan. Hal ini benar-benar nyata bukan rekayasa, rezeki yang saya dapat sampai hari ini itu emang berlipat-lipat ganda. Kalau dipikir secara logika itu emang enggak bisa tapi ini benar, sumpah saya sampai bersumpah ini benar-benar nyata. Maka dari itu saya jarang mendengar orang jatuh miskin karena shadaqah. Tapi kalau orang sukses itu sejatinya memang karena banyak bersedekah,” pungkasnya.

Sumber: poultryindonesia.com