Alatternakayam – Menjawab potensi genetik broiler modern yang semakin meningkat, penerapan sistem kandang closed house menjadi sebuah keniscayaan bagi para peternak. Pasalnya, pertumbuhan genetik berimplikasi pada semakin rentannya broiler terhadap cekaman lingkungan. Persoalan baru muncul ketika mengetahui fakta bahwa nilai investasi yang dikeluarkan untuk membangun kandang closed house tidaklah sedikit.

Mengacu dari hal tersebut, Sekolah Vokasi IPB University bersama PT Tri Satya Mandiri mengadakan Webinar Practical Experience Industry Session dengan tema “Mini Closed House, Transformasi Perkandangan dalam Usaha Budi Daya Broiler”. Webinar ini diselenggarakan secara daring via Zoom Meeting, Senin (24/10) dengan pemateri tunggal, yang disampaikan oleh Ramadhana Dwi Putra Mandiri, S.T. selaku Project Development of Tri Group.

Dalam sambutannya, Dosen Sekolah Vokasi IPB University, Danang Priyambodo, S.Pt., M.Si. mengatakan bahwa penerapan sistem kandang closed house sudah menjadi hal wajib bagi para peternak broiler saat ini.  Ditengah-tengah kondisi lingkungan yang tidak stabil, kandang closed house hadir untuk dapat mengoptimalkan budi daya broiler. Melihat kebermanfaatannya, Danang meyakini kalau semua peternak broiler ingin mengaplikasinnya, namun terkendala dalam hal investasi.

“Kita tahu bahwa saat ini usaha atau budi daya ayam broiler yang menggunakan kandang terbuka memang memiliki tantangan yang luar biasa. Karena sulitnya itu maka kehendak closed house ada ditengah-tengah budi daya untuk memaksimalkan faktor lingkungan. Tapi tidak dipungkiri juga bahwa biaya closed house cukup tinggi, untuk mengatasi hal tersebut maka hadirlah kandang closed house yang ukurannya tidak sebagaimana mestinya atau disebut dengan mini closed house. Kandang ini tidak besar, otomatis biaya pembangunannya tidak semahal dengan kandang closed house umumnya,” kata Danang Priyambodo.

Pada pemaparannya, Ramadhana menyampaikan bahwa risiko tantangan dalam beternak broiler seperti menurunnya market price akan terasa lebih berat jika menggunakan kandang closed yang lebih besar. Sebaliknya, jika menerapkan kandang mini closed house maka risiko dalam pemeliharaan broiler masih dapat diantisipasi dengan baik. Jika dilihat dari segi investasi pun kandang mini closed house masih dapat diunggulkan, dimana kandang yang berukuran 8 x 62 meter dengan populasi 8.000 – 12.000 ekor memiliki biaya kandang sebesar Rp500 juta, lebih ringan dibandingkan nilai investasi pada umumnya kandang closed housed.

“Kalau kita lihat di umumnya kandang closed house yang berukuran 12 x 120 meter, nilai investasi yang harus dikeluarkan jika kita hitung biaya Rp65.000/ekor maka kita harus mengeluarkan biaya Rp3 miliar untuk bangunannya saja. Kalau kita berhitung terhadap modal kerja, kapasitas kandang closed house umum yang berisikan 40.000 populasi membutuhkan modal kerja sekitar Rp 1,5 miliar dalam satu kali pemeliharaan,” papar pria yang akrab disapa Rama.

Mini closed house, lanjut Rama, dapat menciptakan sebuah integrasi mini pula. Integrasi ini dapat berupa mini feed millmini RPA, dan mini food processing. Sebab, sebuah rumah produksi tidak akan efisien jika tidak menyesuaikan dengan populasi ayam pada kandangnya. “Sebenarnya mini closed house ini adalah langkah awal untuk bisa menciptakan mini vertikal ataupun horizontal integrasi yang lebih mudah untuk ditempuh. Kalau kita membuat mini closed house, sehingga kita tidak harus memiliki feed mill yang berkapasitas besar karena tidak efisien, pun sebaliknya. Dengan kandang mini closed house maka membuat feed mill yang berkapasitas kecil menjadi tidak masalah, termasuk juga terhadap turunannya seperti rumah potong ayam (RPA),” pungkas Rama.