Dalam memenuhi prinsip bebas dari rasa ketidaknyamanan, Roby mengatakan bahwa sistem cage free pada kandang miliknya memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi. Tatkala memenuhi kenyamanan tersebut, Roby menyebutkan kandang tipe postalnya memiliki ventilasi udara yang sangat baik. Mulai dari pengelolaan angin yang keluar-masuk kandang hingga pengelolaan kotoran ayam sudah terjawab pada tipe kandang postal tersebut

“Ventilasi udara sangat lancar dan kadar amonia kecil sekali. Hal tersebut karena kandang memiliki ketinggian 2 meter dari permukaan tanah. Walaupun tanpa bantuan kipas, udara di kandang selalu terasa sejuk dan tidak bau amonia. Ditambah, densitas kandang yang tidak terlalu padat dan sempit juga menyebabkan ayam menjadi nyaman,” kata Roby.

Pada prinsip bebas dari rasa lapar dan haus, sistem cage free sejatinya harus dilengkapi dengan komponen tempat pakan dan minum yang sifatnya memudahkan ayam untuk makan. Kandang tersebut harus memiliki tempat pakan dan minum otomatis, sehingga tidak hanya memudahkan ayam untuk minum melainkan memudahkan peternak juga dalam mengoperasikannya.

“Untuk sistem pakannya mengandalkan dengan sistem automatic feeding. Jadi operator memberikan pakan hanya lewat depan. Kemudian pakan itu langsung dibawa ke dalam menggunakan oger. Untuk tempat minumnya menggunakan nipple. Kenapa tidak pakai talang air yang jalan mengalir terus? Karena metode tersebut lebih bersih, sehingga risiko kontaminasi terhadap penyakit itu bisa diminimalisir,” jelas Roby.

Selain itu, menurut Roby untuk prinsip bebas dari rasa kecemasan dan rasa takut berlebih, sistem kandang cage free harus memiliki nest box tersendiri. Nest box merupakan sebuah tempat, dimana ayam dapat bertelur dan harus memiliki suasana yang gelap. Tujuan suasana gelap tersebut untuk mengatasi rasa takut dan cemas pada ayam. Dengan begitu, ayam dapat bertelur dengan kondisi yang nyaman dan jauh dari perasaan takut.

Terkait sistematika ayam bertelur, Roby mengatakan bahwa sistem cage free harus menyediakan nest box. Namun, ayam tersebut harus melewati pelatihan terlebih dahulu untuk membiasakan ayam bertelur pada nest box yang telah disediakan.

“Pengajaran ayam untuk bertelur di nest box dilakukan pada umur ayam menginjak 16 minggu selama 1 bulan. Tujuan dilakukan pengajaran tersebut untuk membiasakan ayam bertelur di nest box dengan kondisi sedikit cahaya bahkan gelap,” kata Roby.

Perihal pengoleksian telur, sistem cage free harus terdapat komponen yang memadai untuk memudahkan peternak mengumpulkan telur. Dalam hal ini, Roby mengatakan bahwa sistem pengumpulan telur harus dilakukan dengan otomatis melalui mesin conveyor belt. Selain untuk memudahkan peternak, pengumpulan secara otomatis juga mencegah terjadinya kecelakaan handling yang dilakukan secara manual.

“Untuk populasi ayam sebanyak 10.000 dengan produksi sehari 80% maka dalam sehari menghasilkan 8.000 butir telur, ini membutuhkan tenaga atau manpower yang sangat banyak. Ayam akan berproduksi sebesar 90% pada jam 7 pagi hingga 11 siang, pada saat itu mesin dinyalakan non-stop. Setelah jam 12 siang, mesin hanya dinyalan sekali saja untuk mengumpulkan telur sisa produksi sebesar 10%,” ucap Roby.

Kemudian, untuk memenuhi prinsip bebas mengekspresikan perilaku alamiahnya, sistem kandang cage free sudah menjamin semuanya. Mulai dari tingkah laku berjalan, tingkah laku bertengger hingga tingkah laku mandi debu, harus terpenuhi pada sistem kandang cage free. Bahkan Roby mengatakan bahwa pada kandang cage free miliknya terdapat ayam pejantan untuk melakukan kegiatan reproduksinya. Hal ini bukan tanpa sebab, melainkan untuk membuat ayam menjadi senang sehingga terhindar dari stres.

Berbeda dengan sistem kandang baterai, pemeliharaan pada sistem cage free memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Demikian terjadi karena cage free mengikuti dasar dari prinsip kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, pemeliharaannya tidak dapat dilakukan secara sembarang.

Penulis melihat, perbedaan yang sangat mencolok pada pemeliharaan cage free adalah ayam dibiarkan begitu saja melakukan aktivitas sesuai keinginannya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu strategi pemeliharaan sistem cage free adalah dengan disediakannya ayam pejantan untuk memenuhi kebutuhan seksual ayam.

“Berbicara mengenai perkawinan atau reproduksi, dalam kandang cage free 1 pejantan ayam idealnya untuk 10 ekor ayam betina. Karena berbicara kesejahteraan hewan maka kita harus harus membiarkannya untuk kawin, sebagai naluri alamiahnya” terang Roby.

Masih membahas mengenai perilaku alamiah, Roby menjelaskan bahwa pemeliharaan dengan sistem cage free juga harus menyediakan tempat mandi yang berisikan pasir. Aktivitas ayam mandi debu tersebut merupakan respon alami ayam ketika mengalami perubahan suhu tubuh. Selain itu, mandi debu ini juga bermanfaat untuk kesehatan ayam dalam mengusir parasit yang menempel di tubuhnya.

“Mandi debu atau dust bathing adalah salah satu dari prinsip animal welfare, yaitu bebas mengekspresikan tingkah laku alami. Tempat mandi ini diperlukan untuk ayam mengusir parasit berupa kutu-kutu yang ada di kulitnya,” jelas Roby.

Sumber: poultryindonesia.com