Sumber Gambar: poultryindonesia.com

Alatternakayam – Pada ayam pedaging, penyakit ini dapat ditemukan dalam bentuk akut dan ringan. Bentuk akut ditandai oleh adanya kematian mendadak tanpa didahului oleh gejala klinik tertentu. Sedang, bentuk ringan ditandai oleh adanya ayam yang bergerombol, bulu berdiri, depresi, dan penurunan atau kehilangan nafsu makan. Ayam yang terinfeksi biasanya mengalami diare dan mortalitas yang bervariasi. Penyakit in mengalami masa inkubasi antara 3-60 hari.

Akibat dari penyakit ini bisa diidentifikasi secara patologik baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Perubahan makroskopis pada infeksi alami dapat ditemukan lesi yang terbatas pada usus halus, terutama jejunum dan ileum. Meskipun demikian, telah dilaporkan juga ada lesi di sekum. Kondisi Usus biasanya menjadi rapuh dan mengalami distensi karena adanya pembentukan gas. Sedang, mukosa usus tertutup oleh suatu selaput semu dan berwarna kuning atau hijau, selaput tersebut mungkin melekat erat pada mukosa. Namun, dapat juga tidak melekat erat pada mukosa. Permukaan usus kadang kadang ternoda oleh darah, meski perdarahan sendiri bukan termasuk perubahan yang menonjol.

Sedang, untuk perubahan mikroskopis adalah adanya nekrosis yang ekstensif pada mukosa usus, yang disertai oleh pembentukan fibrin bercampur hancuran sel yang melekat pada mukosa usus. Pada awalnya, lesi terjadai pada bagian apeks dari vili dan tersifat oleh adanya deskuamasi epitel, kolonisasi lamina propia oleh bakteri, dan nekrosis koagulasi yang dikelilingi oleh heterofil. Lesi biasanya berkembang dari apek ke daerah kripta Lieberkuhn dan nekrosis dapat meluas ke daerah submukosa dan muskularis dari usus. Pada lesi tersebut kerapkali terlihat sejumlah besar bakteri yang bercampur dengan hancuran sel.

Pada ayam yang masih dapat bertahan, maka akan ditemukan adanya perubahan regeneratif yang terdiri atas proliferasi epitel kripta, yang ditandai oleh peningkatan aktivitas mitosis. Di mana, sebagian besar epitel akan berbentuk kuboid dan disertai oleh penurunan jumlah relatif dari sel gobletr dan epitel kolumner, disamping itu, terlihat juga vili yang relatif lebih pendek dan datar.

Baca Juga: Solusi Mengoptimalkan Kesehatan Usus Unggas

Diagnosis penyakit ini dapat didasarkan panda perubahan patologik baik makroskopis maupun mikroskopis. Diagnosis akhir dapat dilakukan dengan cara isolasi dan identifikasi bakteri penyebab penyakit tersebut. Pada kasus alami penyakit ini, bakteri Clostridium perfringens dapat diisolasi dengan mudah dari usus atau kerokan dinding usus menggunakan plat agar darah.

Penyakit yang mirip dengan penyakit ini adalah Enteritis Ulseratif dan infeksi Eimiria brunetti. Enteritis Ulseratif disebabkan oleh Clostridium colinum, dan dapat menimbulkan perubahan mikroskopis meliputi nekrosis dan ulseratif multifokal pada usus dan sekum, serta nekrosis pada hati.

Bedanya, lesi yang ditimbulkan oleh penyakit NE terbatas pada jejunum dan ileum, sedangkan lesi pada sekum maupun hati hanya bersifat ringan atau tidak ada. Di samping itu, kedua penyakit tersebut dapat juga dibedakan dengan cara isolasi dan identifikasi kuman penyebab.

Sedang infeksi Eimiria brunetti menyebabkan lesi mikroskopis yang mirip dengan lesi yang ditimbulkan oleh Clostridium perfringens, meskipun demikian, pemeriksaaan mikroskopis pada preparat histoipatologik akan menunjukkan adanya Eimiria sp. Terkadang  penyakit NE dan koksidiosis dapat ditemukan pada kelompok ayam yang sama sehingga identifikasi salah satu atau kedua agen tersebut perlu dilakukan secara teliti.

Pencegahan penyakit NE bisa dilakukan dengan menghindari faktor stres pada ayam, menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh ayam (immunosupression). Melakukan sanitasi yang ketat, membatasi tamu, mencegah hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk lingkungan kandang. Melakukan pencucian peralatan peternakan sampai bersih, serta desinfeksi peralatan peternakan. Melakukan usaha peternakan dikelola dengan baik, sehingga tercipta suasana nyaman bagi ayam, jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, litter diusahakan tidak berdebu dan terlalu lembap. Ventilasi kandang cukup, serta sedapat mungkin menerapkan sistem all in all out.

Pengobatan bisa dilakukan dengan memberikan antibiotik. Sejumlah golongan antibiotik yang efektif untuk penyakit NE di antaranya Amoksislin, Amphisilin, Tylosin, Eritromicyn, lincomicyn, Avilamicyn, Virginiamicyn, serta Bacitracin. Pada kasus komplikasi dengan koksidiosis maka perlu diberikan obat antikoksidiosis.

Baca Juga: Mikotoksin: Pintu Gerbang Beragam Penyakit

Sumber: poultryindonesia.com