Sumber Gambar: poultryindonesia.com

Alatternakayam – Chronic Respiratory Disease atau CRD masih menjadi permasalahan di banyak negara, terutama negara yang memiliki populasi ayam yang besar seperti Indonesia. Permasalahan utamanya adalah penyakit yang satu ini tergolong menyakit yang mudah menyebar dari satu ayam ke ayam lainnya, satu kandang ke kandang lainnya, bahkan satu flok ke flok lainnya. Selain itu, penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Kerugiannya tercatat miliaran rupiah per tahun di Indonesia, sehingga CRD masih terus menjadi ancaman bagi semua peternak.

CRD masih menjadi raja penyakit pernapasan pada unggas, terutama ayam. Sifat penyakitnya yang mudah menular dan menjadi penyakit menahun ini lah yang menjadikan CRD susah diberantas

Menurut OIE (2007), CRD masuk dalam notifiable diseases, artinya jika terjadi kasus CRD di lapang harus segera dilaporkan ke pemerintah untuk segera ditanggulangi. Fakta lain menyebutkan bahwa CRD merupakan penyakit yang bisa menekan sistem imun atau imunosupresif. Dengan keadaan yang demikian terkadang hal ini menyebabkan vaksin yang digunakan tidak bisa 100%  melindungi ayam secara maksimal. Kemungkinan ayam terkena penyakit CRD masih terus ada meskipun sudah divaksin.

CRD pada ayam merupakan penyakit yang sangat merugikan industri perunggasan di seluruh dunia. Sekalipun penyakit ini bersifat endemik patogen dan merugikan, sampai saat ini CRD masih belum diperhatikan di Indonesia, karena penyakit ini tidak menimbulkan wabah kematian yang besar. Saat ini, CRD dimasukkan dalam kategori penyakit ekonomis, belum diperhitungkan dampak yang menyebabkan endemisitas dan imunosupresif yang nilai kerugian ekonominya sangat besar (Soeripto, 2001, 2002b; Vance et al., 2008).

Penyakit CRD disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Mycoplasma gallisepticum berukuran 0,25-0,50 mikron, berbentuk pleumorfik, terkadang kokoid dan tidak terdapat dinding sel sejati. Bakteri Mycoplasma gallisepticum termasuk bakteri gram negatif dan dapat dibiakkan pada telur ayam bertunas. Biakan sel, serta medium buatan yang dilengkapi dengan 10-15% serum babi atau kuda yang diinaktifkan.

Mycoplasma gallisepticum masih tetap hidup selama 1-3 hari dalam feses ayam pada suhu 200C selama satu hari. Apabila berada pada mesin tetas suhu 370C bertahan selama satu hari dan bertahan selama 3 hari pada suhu 200C. Jika dalam kuning telur, bakteri ini bisa hidup selama 18 minggu pada suhu 370C, dan 6 minggu pada suhu 200C. Bakteri ini juga bisa hidup dalam cairan allantois selama 4 hari pada suhu 370C, tak hanya itu Mycoplasma gallisepticum bisa hidup selama 6 hari pada suhu kamar, dan bisa hidup selama 32-60 hari pada suhu 40C.

Dari sekian banyak unggas, yang lebih rentan terhadap penyakit ini memang ayam, baik ayam bibit, maupun ayam komersial seperti layer dan broiler, dan menyerangnya pun bisa ke semua umur ayam. Tak hanya ayam, kalkun juga dilaporkan sangat rentan dengan CRD, selain itu merpati, itik, angsa, ayam hutan dan ayam liar juga bisa terserang penyakit ini. Meskipun CRD menyerang dalam semua umur, namun memang unggas dengan umur muda lebih rentan dibanding dengan unggas yang berumur tua.

Dalam penyebaran penyakit CRD, faktor lingkunganlah yang menjadi faktor penting penyebaran penyakit ini. Pasalnya penyakit ini bisa ditularkan melalui udara di sekitar kandang. Ketika kondisi lingkungan kandang tidak bersih, misalnya akibat manajemen perkandangan yang tidak benar, maka akan sangat mudah timbulnya debu yang terbawa oleh angin yang bisa menyebarkan penyakit CRD. Adanya kandungan amonia yang tinggi dalam kandang juga harus diperhatikan. Faktor suhu lingkungan juga tidak kalah pentingnya, terlebih Indonesia ini adalah negara yang memang memiliki kondisi cuaca yang kurang baik dan sering berganti-ganti sehingga ini bisa menyebabkan kondisi lingkungan di kandang menjadi tidak stabil.

Baca Juga: Langkah dan Imbauan Ditjen PKH Terkait Situasi Perunggasan Terkini

Sumber: poultryindonesia.com