Pergantian musim menjadi salah satu faktor predisposisi kejadian penyakit viral ini. Mencegah penyakit ini dengan memperketat program vaksinasi sesuai dengan tantangan virus lapangan, menjaga ayam tidak stress, serta penerapan biosekuriti ayng ketat

Sumber Gambar: troboslivestock.com

Alatternakayam – Newcastle Disease (ND) sebagai salah satu penyakit yang masih tetap menjadi perhatian penting di industri perunggasan, karena sifatnya yang menular, cepat menyebar, dan menyerang pada segala umur. Penyakit yang dikenal juga dengan sebutan tetelo ini sudah tersebar di seluruh dunia dan memiliki potensi menyebabkan kerugian ekonomi.

Pengalaman Rony Agustian, peternak layer (ayam petelur) di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung membuktikan, penyakit ND yang menyerang peternakannya tahun lalu menyebabkan kematian hingga 25 %. Masuknya ND dipicu dari serangan cacing pita, yang tidak diduga-duga. “Waktu itu, saya kecolongan. Telat melaksanakan program pemberian obat cacing. Kondisi ayam yang lemah membuat ND cepat berjangkit,” ujarnya kepada TROBOS Livestock (24/7).

Untungnya, kasus ND di peternakan milik Rony cepat ditangani, sehingga kematian tidak meningkat. Pasalnya, jika telat tertangani, serangan ND bisa menyebabkan kematian yang mencapai 50 – 70 % dalam suatu farm.

Peternak layer di Probolinggo, Jawa Timur, Andri Widjaya, juga tetap mewaspadai penyakit ND yang sewaktu-waktu bisa menyerang peternakannya. Mengingat, serangan ND di farm sepanjang tahun selalu ada, seperti penyakit endemis lainnya, IBD (Infectious Bursal Disease), AI (Avian Influenza), dan IB (Infectious Bronchitis). “Peternak seperti sudah terbiasa dengan keadaan tersebut. “Harus tetap waspada karena kejadian ND dapat menyerang pada berbagai umur ayam. ND dapat menyerang saraf, menyerang pencernaan dan pernapasan,” tuturnya.

Peningkatan Kasus

Kasus penyakit ND cenderung mengalami peningkatan ketika memasuki musim pancaroba. Dikatakan Marketing Manager PT Tekad Mandiri Citra (TMC), Sugiyono, pergantian musim menjadi faktor predisposisi kejadian ND. Secara umum, outbreak ND terjadi pada ayam yang tidak divaksin, divaksin pada saat kondisi sakit, kondisi ayam dalam keadaan imunosupresif atau saat daya tahan tubuh menurun. “Menurut laporan dari tim TMC, kasus ND terjadi di beberapa wilayah Sumatera, Jawa dan Bali,” kilahnya.

Technical Education & Consultation PT Medion, Christina Lilis mengakui bahwa kasus ND masih banyak diperbincangkan peternak Indonesia karena kejadian kasusnya meningkat pada rentang 2017 hingga 2019, baik di peternakan broiler (ayam pedaging) maupun layer. Hal ini selaras dengan data yang dihimpun tim Technical Services Medion yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yang menunjukkan bahwa kejadian ND di 2017 pada broiler dan pejantan meningkat 157 % dan pada layer meningkat 25 % dari 2016.

Pada layer, kasus ND di 2018 terhitung tinggi dengan peningkatan sebesar 37 %. Dalam kurun waktu 5 bulan, jumlah kasus ND meningkat hampir 3 kali lipat dibanding 2017. Sedangkan pada broiler, kasus ND di 2018 cenderung menurun jika dibandingkan di 2017. “Meskipun data terkumpul Januari hingga April pada 2019, dimungkinkan hingga akhir 2019, kasus ND masih akan terus bertambah (seperti yang ditunjukkan pada Grafik 1),” ungkap Lilis.

Dari data tim Technical Services Medion juga menunjukkan bahwa kejadian kasus ND merata di berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, maupun Sulawesi. Pada broiler, terutama di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Banten yang merupakan sentra peternakan broiler (data populasi Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan-Ditjen PKH 2017). Begitu pula untuk layer, kasus ND terutama di daerah sentra peternakan layer seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Jawa Barat (Grafik 2 dan 3).

Support Marketing PT Sanbio Laboratories, Syamsidar menyampaikan bahwa sampai pertengahan tahun ini (Februari – Juli) kasus ND ditemukan di Jogjakarta, Palembang, Subang, Bogor, Batam, Purwokerto, dan Karanganyar. “Kami merujuk dari data kuantitatif yang masuk dari beberapa cabang. Dan kelihatannya penyakit ND selalu ada setiap tahun tapi berdasarkan laporan di lapangan, teridentifikasi cenderung menurun di tahun ini,” ujarnya.

Faktor Pemicu

Ada beberapa fakta ditemukan di lapangan yang menjadi pemicu munculnya kasus ND. Menurut Technical and Marketing Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Ayatullah M Natsir, wet market (pasar becek) di Indonesia masih sekitar 80 %, yang berarti meski ayam terkena ND masih dilepas ke pasar karena jika dijual di Rumah Pemotongan Ayam (RPA) pasti akan ditolak. “Ketika masuk ke wet market, ditunjang transportasi dan sebagainya, penyakit terus berputar di sana,” ungkapnya.

Kemudian, unggas pembawanya tidak hanya ayam tapi ada burung liar. Ada ratusan burung liar yang bisa membawa penyakit ND. Selain itu, populasi ayam yang semakin banyak. “Populasi ayam tidak hanya dalam 1 farm, tetapi juga dalam 1 area yang semakin padat, memungkinkan kasus semakin tinggi,” ucapnya.

Sugiyono menuturkan, faktor pemicu penyakit ND bisa dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal yang saling terkait. Faktor eksternal berupa keberadaan virus dalam kandang dan lingkungan, yang dapat masuk melalui pencemaran peralatan kandang dan petugas kandang. Penerapan prinsip biosekuriti menghasilkan lingkungan yang bersih, mampu mencegah terjadinya ND. Salah satunya dapat dilakukan penyemprotan kandang dan lingkungan dengan desinfektan yang sesuai. Sementara faktor internal terutama adalah daya tahan tubuh ayam itu sendiri. Kekebalan dapat ditingkatkan dengan dilakukan vaksinasi serta ditunjang dengan pemberian vitamin dan nutrisi yang baik. Upaya menjaga ayam terhindar dari penyakit infeksi dan kasus imunosupresif juga sangat penting.

Penyakit ND merupakan penyakit viral sehingga semua faktor yang mempengaruhi kekebalan tubuh akan berpengaruh terhadap penyakit ND seperti pergantian musim yang mempengaruhi stres ayam, biosekuriti yang tidak maksimal, adanya faktor imunosupresif, dan penyakit lain yang muncul seperti gumboro. “Ketika kondisi tubuh ayam tidak fit dan seringkali terjadi di musim-musim peralihan, ayam menjadi stres yang akhirnya menyebabkan kekebalannya turun, sehingga ND lebih mudah masuk. Ditambah biosekuriti yang tidak diperhatikan dan jadwal vaksinasi yang tidak konsiten, menyebabkan ND lebih cepat bermutasi pada masa-masa itu,” terang Aprila Kusumastuti, Support Marketing PT Sanbio Laboratories.

Gejala Klinis

Berdasarkan analisis genetik dan antigeniknya, penyakit ND memiliki karakteristik yang tidak berubah yang didominasi virus ND genotype 7. ND genotype 7 yang ada di Indonesia ada 3 jenis yaitu ND G7I, ND G7G, ND G7H.

Syamsidar menuturkan, karakteristik virus ND dari mortalitas dan gejala klinis di lapangan juga masih sama dengan tahun sebelumnya. Hanya penyakit ND kadang sulit langsung didiagnosa karena saat ini beberapa kasus tidak langsung menciri ke salah satu penyakit virus. “Kadang susah dibedakan apakah ayam terkena ND karena gejalanya hampir sama dengan penyakit lain seperti AI dan IB yang menyebabkan penurunan produksi, tapi ada yang memang gejala klinisnya muncul dengan jelas,” bebernya.

ND secara murni, gejala klinisnya biasanya tortikolis (kepala muntir), demam, diare berwarna kehijauan, pendarahan di trakea dan seka tonsil serta biasanya lebih menciri ke ND adalah menyerang proventrikulus. “Gejala inilah yang kadang-kadang menyerupai penyakit lain sehingga untuk peneguhan diagnosa lebih lanjut perlu dilakukan uji laboratorium,” katanya.

Lilis berpendapat, pengamatan gejala klinis dilakukan secara menyeluruh, karena penyakit ND dapat menyerang hampir di semua sistem tubuh. Mulai dari penampilan ayam seperti kondisi ayam lemas, mengantuk dan bulu kusam, gejala pernapasan (suara ngorok, pilek, bersin, adanya leleran hidung, kesulitan bernapas), gejala pencernaan (diare berwarna hijau lumut bercampur putih), gejala saraf (tortikolis) maupun gejala reproduksi (penurunan kualitas & kuantitas telur). Pengamatan kondisi lingkungan sekitar kandang perlu juga dilakukan karena banyak faktor yang dapat memicu terjadinya ND seperti faktor manajemen atau lingkungan. Misalnya kondisi litter pada kandang postal, pengaturan buka tutup tirai kandang dan kondisi biosekuriti yang diterapkan. Ketelitian dalam mengamati gejala klinis sangat membantu dalam proses menegakkan diagnosa penyakit.

Gejala yang nampak pada penyakit ND dapat juga terjadi pada penyakit lain, untuk mendapatkan gambaran lebih jelas perlu dilakukan pemeriksaan organ tubuh ayam. Perubahan yang dapat ditemui pada kasus ND antara lain radang pada sinus, laring, trakea dan paru-paru namun perubahan tersebut tidak khas pada ND saja. Pada saluran pencernaan dapat ditemukan peradangan yang luas dan berbatas jelas pada usus, peyer’s patches dan seka tonsil. Proventrikulus mengalami hemoragi berupa ptechiae (titik-titik) di puncak kelenjarnya dan bersifat pathognomonis (khas). “Pada layer yang sedang berproduksi dapat ditemukan pendarahan pada calon kuning telur, bentuk calon kuning telur tidak teratur dan terkadang ada calon kuning telur yang pecah di rongga perut. Pada pemeriksaan lebih teliti dapat pula menunjukkan pembengkakan dan nekrosis pada limpa,” jelas Lilis.

Diagnosa

Sugiyono menyatakan, berdasarkan virulensinya, virus ND (VND) dikelompokkan menjadi tiga patotype yaitu lentogenik adalah strain virus yang kurang virulen; mesogenik merupakan strain virus dengan virulensi sedang; dan velogenik adalah strain virus ganas. Strain velogenik dibedakan lagi menjadi bentuk neurotrofik dengan gejala gangguan saraf dan kelainan pada sistem pernapasan, dan bentuk viserotrofik yang ditandai dengan kelainan pada sistem pencernaan. Perubahan patologi yang disebabkan oleh ND virus tergantung strain/jenis virusnya. Perubahan yang disebabkan oleh infeksi virus velogenik Asia dengan lesi patognomonis berupa bintik-bintik/ptechiae (pendarahan) pada proventrikulus dan usus mengalami nekrosa, sedangkan virus dengan strain velogenik Amerika sama dengan strain dari Asia, kecuali ptechiae pada proventrikulus jarang terjadi dan ensefalitis hampir selalu terjadi karena adanya gangguan saraf pada enchepalon. Virus dengan strain mesogenik tidak khas, dan terbatas hanya pada saluran pernapasan. Selain itu, ditemukan perubahan ptechiae pada pericard, subpleura, tembolok dan usus.

Langkah mendiagnosa penyakit ND sama dengan cara mendiagnosa penyakit pada umumnya, seperti anamnesa, gejala klinis, pemeriksaan patologi anatomi dan uji laboratorium untuk peneguhan diagnosa. “Dari anamnesa akan diperoleh informasi jenis dan umur ayam, jumlah populasi, program vaksinasi yang diterapkan, sejarah kasus terlebih penyakit ND, apakah sudah pernah ada serangan ND di periode sebelumnya atau ada farm sekitar yang sedang terserang ND, penurunan nafsu makan, tingkat kesakitan (mordibitas) dan tingkat kematian (mortalitas),” jelas Lilis.

Pada kasus ND, lanjut Lilis, tingkat mordibitas bervariasi hingga 80 – 100 % dan mortalitas pada serangan ND tipe mesogenik mencapai 10 %. Sedangkan serangan ND tipe velogenik hingga mencapai 100 % serta penurunan produksi telur yang bervariasi bahkan hingga 60 %.

“Peneguhan diagnosa tentu saja akan lebih menyakinkan dengan melakukan uji laboratorium baik mengambil darah untuk uji titer antibodi maupun akan lebih baiknya dengan uji PCR dan sekuensing,” urai Syamsidar. Untuk titer antibodi, biasanya ayam yang terkena ND akan menunjukkan titer yang tinggi (ke arah 210). Pengujian PCR dan sekuensing lebih pasti untuk mendiagnosa infeksi penyakit disebabkan virus ND bahkan jenis strain ND yang menginfeksi dapat diketahui dengan adanya hasil sekuensing.