Sumber Gambar: localhost/alatternakayam

Alatternakayam – Infectious Bronchitis (IB), dilihat dari namanya, merupakan salah satu penyakit pada unggas yang menginfeksi bronkus atau cabang tenggorokan yang menuju ke paru-paru. Karena infeksi terjadi pada bronkus, bagian saluran pernapasan unggas akan menimbulkan masalah serius. Penyakit ini merupakan penyakit akut yang sangat menular. Penyakit ini bisa dengan mudah menjangkiti ayam satu dengan ayam lainnya. Hal ini disebabkan karena IB merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, dan virus ini dengan mudah berpindah dari satu hewan ke hewan lainnya. Baik satu kandang, maupun antar flock kandang.

Penyakit penyebab kerugian ekonomi yang terbilang tinggi ini masih menjadi batu ganjalan bagi peternak, khususnya peternak layer. Bagaimana tidak, kerugian ekonomi penyakit ini bisa mencapai 60%, bahkan lebih.

Penelitian menyebutkan bahwa ternyata virus penyebab IB atau biasa disebut Infectious Bronchitis Virus (IBV) hanya menyerang ayam, sedangkan di unggas lain hanya berupa infeksi subklinis saja. Semakin bertambahnya hari, virus penyebab penyakit IB ini berubah menjadi strain-strain baru. Beberapa tahun terakhir ini di Asia khususnya sudah merebah IBV strain QX.

Penyakit IB disebabkan oleh virus dari famili Coronaviridae dan genus Coronavirus yang memiliki daya penularan yang tinggi. Saat ini dikenal ada beberapa serotipe dimana masing-masing serotipe tersebut memiliki tingkat virulensi yang berbeda-beda. Selain menyerang saluran pernafasan, penyakit IB juga menyerang saluran reproduksi (Roni dkk., 2011).

Penyakit IB masih sering ditemukan di Indonesia karena umumnya peternak di Indonesia masih memelihara ayam dalam varian umur yang beraneka dalam satu lokasi pemeliharaan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang bisa menimbulkan penyakit IB. Terlebih jika infeksi virus IB ini dibarengi dengan infeksi virus atau bakteri lainnya. Kondisi ini akan semakin memperparah keadaan ayam yang terinfeksi, misalnya saja virus Infectious Laryngotracheitis atau ILT, virus ND atau Newcastle Disease, bisa juga dibarengi dengan infeksi bakteri seperti Escherichia coli, Mycoplasma, serta Haemophilus.

Gejala klinis untuk penyakit ini sangat bervariasi, tergantung umurnya. Menurut Polana dan kawan-kawan dalam buku berjudul Kiat Mengatasi Masalah Praktis, anak ayam yang terserang penyakit ini akan mengalami gangguan pernapasan yang sangat hebat seperti batuk, napas terengah-engah, serta bersin. Anak ayam akan menampakkan gejala lemah, mata berair, depresi, dan bergerombol dekat pemanas. Penyebaran penyakit ini sangat cepat dan bisa menyebabkan kematian yang tinggi, mencapai 50 sampai 60%.

Sedangkan pada ayam yang memasuki masa produksi, akan menunjukkan gejala berupa batuk, ayam terlihat sering bersin dan mengorok, di bagian hidung dan rongga sinus terdapat cairan berlendir , serta di daerah trakea dan bronchi atau cabang tenggorokan berwarna merah dan terdapat lendir atau sumbatan berdarah. Selain itu, terjadi airsaculitis atau radang kantung udara bersamaan dengan munculnya penyakit ikutan atau secondary bacterial infection.

Gejala lain yang muncul pada ayam fase produksi adalah munculnya perdarahan di ovarium dan terdapat lesi di saluran telur atau oviduk. Telur yang dihasilan dari ayam yang terkena penyakit ini memiliki ciri kerabang telur tidak beraturan, kerabang telur memiliki tekstur tipis dan kasar, kerabang terlihat berkerut dan membentuk lingkaran, selain itu putih telur berair. Tentu ini menunjukkan kualitas telur yang sangat jelek.

Baca Juga: 4 Tips Agar Doc Ayam Tumbuh Cepat dan Sehat

Sumber: poultryindonesia.com