Sumber Gambar: poultryindonesia.com

Alatternakayam – Secara global, ada beragam opini tentang proses atau kualitas daging mana yang lebih baik. Ada orang yang berpendapat bahwa daging hewan yang dipingsankan lebih berkualitas, dan ada pula yang berpendapat sebaliknya. Tentang adanya perbedaan nilai gizi antara ternak yang dipingsankan dan tanpa pemingsanan, Naveena mengatakan bahwa timnya tidak melihat perbedaan volume darah yang keluar dari kedua ternak. Namun mereka melihat pH yang lebih tinggi, kapasitas menahan air yang lebih besar pada ternak yang dipingsankan. “Kami menerapkan pendekatan proteomic kuantitatif untuk mengetahui perbedaan protein otot antara hewan yang melalui proses pemingsanan dan tanpa pemingsanan.

Hasil observasi mereka juga menunjukkan bahwa daging dari ternak tanpa pemingsanan jauh lebih empuk daripada daging ternak yang dipingsankan, karena protein tertentu yang bernama Peroxiredoxin-6, yang menandai tingkat keempukan daging banyak terdapat dalam sampel daging tanpa pemingsanan. “Kami pikir protein penanda yang teridentifikasi dalam studi ini melengkapi proses sertifikasi halal yang telah ada saat ini dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap daging halal,” jelas Naveena.

Lebih jauh Naveena mengemukakan bahwa selama ini beberapa ilmuwan telah melakukan riset tentang perbedaan kualitas daging antara ternak yang melalui pemingsanan dan tanpa pemingsanan. “Namun riset yang kami lakukan merupakan yang pertama mengidentifikasi protein-protein ini. Kami juga mencoba memasukkan tingkat kesejahteraan hewan,” tambahnya.

Ketika ditanya tentang aplikasi hasil risetnya pada industri halal komersial, Naveena menyatakan sejauh ini masih banyak opini yang saling bertentangan. Beberapa mengatakan bahwa proses pemingsanan membuat hewan lebih sedikit merasakan sakit dan tidak terlalu stres sehingga dagingnya lebih superior. “Penelitian kami memberikan bukti solid apakah daging halal yang disembelih tanpa proses pemingsanan atau yang melalui pemingsanan yang lebih baik. Kami bisa membuktikan proses tertentu yang memberikan lebih banyak atau lebih sedikit rasa sakit pada hewan. Jadi pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab dalam riset kami,” tandas Naveena.

Kendati hasil riset ini merupakan hal positif bagi industri daging halal secara keseluruhan, namun Naveena mengungkapkan bahwa untuk penerapannya sangat tergantung pada masing-masing negara karena hingga saat ini belum ada standar halal yang seragam di seluruh dunia. “Selain itu, riset ini merupakan riset mandiri yang tidak didanai oleh pihak luar. Studi lebih lanjut yang lebih mendetail diperlukan pada jenis ternak lain dalam jumlah yang lebih besar. Namun yang jelas, hasil riset kami bisa menjadi pelengkap proses sertifikasi halal yang telah ada,” tambahnya. Penulis merupakan koresponden Poultry Indonesia di New York, AS. Tulisan diolah dari artikel Salaam Gateway.

Baca Juga:

Sumber: poultryindonesia.com