Kemajuan perunggasan Nasional tidak terlepas dari peran operasional di penetasan/hatchery yang tersebar di seluruh Tanah Air, karena dari sinilah awal dihasilkannya bibit (DOC) berkualitas dan bebas dari penyakit, sehingga dapat diharapkan menjadi produk unggas yang Halal, Aman, Utuh dan Sehat (HAUS). Terbukanya peluang ekspor produk unggas (daging dan telur) harus dimulai dari pembenahan sistem higienitas dan operasional hatchery yang sesuai dengan standar internasional.
Munculnya penetasan-penetasan kecil yang menggunakan mesin penetas manual/sederhana tidak dapat dipungkiri, namun perlu di-upgrade dalam masalah sanitasinya hingga tidak menimbulkan masalah penyakit di masa sekarang dan mendatang bagi produk yang dihasilkannya.
Hatchery ibarat “rumah bersalin” berperan sangat vital pada suatu peternakan pembibitan (breeding), baik tingkat GGPS (Great Grand Parent Stock), GPS (Grand Parent Stock) maupun PS (Parent Stock). Hal ini disebabkan hatchery merupakan awal munculnya kehidupan seekor ayam dan disaat yang sama berkembangnya berbagai mikroorganisme patogen (Salmonellosis, Chronyc Respiration Disease, Collibacillosis, Staphylococosis, Streptococosis, Aspergillosis dan sebagainya), serta merupakan salah satu sarana penting dalam operasional produksi anak ayam.
Oleh karena itu, hatchery dituntut untuk menerapkan sistem biosekuriti yang lebih ketat dibandingkan dengan perkandangan (farm). Akibat sistem biosekuriti yang asal-asalan akan menyebabkan kegagalan dalam pencapaian akhir usaha breeder, yaitu tidak menghasilkan DOC yang berkualitas, daya tetas yang rendah dan tidak tercapainya target jumlah yang diharapkan.
Hatchery adalah produk ilmu pengetahuan dan teknologi peternakan mutakhir, yang perlu ditunjang keterampilan dan disiplin para pelaku/petugas di lingkungan hatchery tersebut, sehingga operasional hatchery sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang digariskan. Sebab, suatu produk teknologi jika tidak ditunjang sumber daya manusia yang terampil dan disiplin, akan mengalami kegagalan dan berakhir dengan kerugian yang tidak sedikit.
Perhatikan Isolasi Hatchery
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada isolasi di hatchery, yaitu layout bangunan, isolasi, kualitas telur, penyimpanan telur, ventilasi ruangan, sistem pembuangan sampah penetasan dan pengenalan desinfektan.
1. Layout bangunan Hatchery (hatchery design). Hatchery harus dirancang agar setiap aktivitas yang bisa dilakukan di ruang yang berbeda seperti ruang seleksi dan grading telur, ruang colling, ruang setter, ruang hatcher dan ruang cuci, dengan tujuan menghindari pencemaran antara ruangan. Juga dirancang jalur masuk dan keluar bagi petugas/orang dan barang di tempat yang berbeda.
2. Isolasi. Hatchery harus terisolasi dari berbagai penyakit ayam (free disease) yang dibawa oleh manusia/petugas, maupun kendaraan dan barang dari luar, dengan cara melewati shower berdesinfektan. Orang yang masuk diwajibkan mengganti pakaian setelah melalui shower tersebut.
3. Kualitas telur (egg quality). Dimana telur yang tiba di hatchery perlu diseleksi ulang baik tingkat kekotorannya, bobot dan bentuknya. Telur yang kotor dan tidak masuk standar segera diafkir dari lingkungan hatchery (dikonsumsi atau dimusnahkan).
4. Penyimpanan telur (eggs storage). Dimana telur yang sudah diseleksi dan di-grading disimpan dalam ruang pendingin (colling room) dengan suhu 18°C (65°F) dan RH (kelembaban relatif) 75%, dengan tujuan menahan kehilangan berat telur secara drastis.
5. Ventilasi ruangan (room ventilation), perlu diatur sesuai dengan fungsi tiap ruangan, seperti pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1: Kebutuhan Ventilasi, Suhu dan Kelembaban Tiap Ruang di Hatchery
Area | Kecepatan Ventilasi | Temperatur | Relative Humidity | |
(cfm/1.000) | (m3/jam/1,000) | °C | % | |
Penerimaan dan penyimpanan telur | 1 | 1,7 | 18-20 | 60-65 |
Ruang setter | 5 | 8,5 | 24-27 | 55-62 |
Ruang hatcher | 16 | 27 | 24-27 | 55-62 |
Ruang penyimpanan DOC | 16 | 27 | 22-24 | 85-70 |
Ruang pengambilan DOC dan ruang cuci | 16 | 27 | 22-24 | 65-70 |
Ruang cuci peralatan | 0 | 0 | 22-24 | N/A |
Lorong (hallway) | 0 | 0 | 24 | N/A |
Sumber: Cobb Hatchery Management Guide, USA, 2002.
6. Pembuangan sampah hatchery. Dimana bila daya tetas (hatchability 85%), maka sampah yang harus dibuang sebanyak 15% berupa telur yang tidak menetas (unhatch), kerabang telur, DOC afkir dan bulu-bulu halus DOC. Sampah-sampah tersebut harus segera dibuang dari lingkungan hatchery ke tempat sampah sementara. Bulu-bulu kecil DOC dibersihkan dengan cara disedot menggunakan vaccum atau disemprot dengan power spray kemudian dilakukan sanitasi.
7. Pengenalan desinfektan. Seluruh staf hatchery harus melakukan penyimpanan, penanganan dan pencampuran desinfektan yang dibutuhkan secara benar sesuai dengan petunjuk. Hatchery Manager harus merespon dan benar-benar mengenal setiap bahan desinfektan dan setiap petugas mengerti cara penggunaannya. Untuk itu diperlukan Specific Training untuk staf, mengenai bagaimana menggunakan desinfektan yang benar. Desinfektan harus sudah memperoleh izin dari instansi pemerintah yang berwewenang (BPMSOH). Pada Tabel 2 berikut disajikan karakteristik berbagai desinfektan kimiawi yang dipergunakan di hatchery.
Tabel 2: Karakteristik Berbagai Desinfektan Kimiawi Hatchery
Karakteristik | Hypoclorit & Chlorin | Quaternary Ammonium | Phenol | Formal dehid | Iodophors | Glutaral- dehide | Paracetic Acid | |
Cairan | Gas | |||||||
Bactericidal | + | + | + | + | + | + | + | + |
Sporicidal | + | – | ± | + | + | + | + | + |
Fungicidal | ± | ± | + | + | + | + | + | + |
Virucidal | ± | ± | ± | + | + | + | + | + |
Toxic animals & human | ± | – | + | + | + | – | ± | – |
Activity with Organic Matter | – | – | – | – | ± | ± | ||
Detergency | – | + | – | – | – | – | – | – |
Staining | – | – | ± | – | – | + | – | – |
Corrosive | ± | – | ± | – | – | – | – | ± |
Sumber: Cobb Hatchery Management Guide, USA, 2002.
Keterangan: + = Karakter Positif – = Karakter Negatif ± = Karakter Variasi
Program Higiene Hatchery
Suatu kenyataan bahwa tindakan higiene di penetasan masih jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu langkah-langkah berikut perlu diterapkan (Euribrid Netherland, 1984), antara lain:
1. Setiap tahun pekerja hatchery dan pekerja sexing DOC perlu diperiksa kondisi kesehatannya terutama paru-parunya untuk mengontrol ada tidaknya kuman Samonella. Bila terjadi kasus terdapat pekerja yang terkena “penyakit Influeza perut” maka perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan ekstra. Demikian pula karyawan/pekerja baru perlu diperiksa dahulu kondisi kesehatannya, jangan sampai menjadi “pembawa penyakit”.
2. Untuk menekan tingkat pencemaran maka wajib diterapkan sistem dan peraturan lalu lintas orang dan barang masing-masing satu jalur di ruang hatchery. Hindari lalu lintas silang.
3. Pintu-pintu di hatchery perlu selalu dalam kondisi tertutup.
4. Tembusan antara ruang inkubator (setter) dan ruang penetasan (hatcher) hanya dipakai untuk transfer (memindahkan) telur dan pintu selalu tertutup.
5. Sistem yang ideal adalah membagi hatchery menjadi tiga wilayah, dimana masing-masing wilayah memiliki warna pakaian dan sepatu pekerja yang berbeda.
6. Pada waktu memasuki hatchery baik pekerja maupun tamu wajib mandi, mengganti pakaian dan sepatu, serta mencuci tangan dengan cairan desinfektan.
7. Disetiap ruangan perlu tersedia fasilitas cuci tangan berdesinfektan dan lap/tisu sekali pakai.
8. Pakaian dan peralatan petugas sexer tidak boleh ikut terbawa keluar tempat tugasnya dan keluar-masuk wajib mandi dengan sabun antiseptik.
9. Setiap kali selesai suatu penetasan DOC maka tiap ruangan dibersihkan, dicuci dengan penyemprotan tegangan tinggi, serta didesinfeksi/fumigasi.
10. Kardus/boks DOC hanya boleh dipakai satu kali saja dan truk pengangkutnya harus didesinfeksi sebelum dimuat.
11. Hewan liar seperti anjing, kucing, tikus dan berbagai jenis serangga harus dicegah memasuki area hatchery.
12. Kantong pembungkus limbah hatchery harus memakai yang telah disediakan pihak hatchery sendiri, dilarang memakai pembungkus dari luar.
13. Telur yang dikirim ke hatchery harus didesinfeksi/difumigasi dulu di farm sebelum tiba di hatchery.
14. Lakukan vaksinasi Marek’s untuk DOC yang menetas dan sudah terseleksi.
Beberapa Peraturan Penting Desinfeksi
Diantara beberapa peraturan penting agar sanitasi dan desinfeksi berhasil dengan baik, bisa dilakukan:
1. Pastikan bahwa semua peralatan sudah benar banar bersih.
2. Pergunakan deterjen dan desinfektan (lihat Tabel 2 diatas) yang cocok dengan tujuan sanitasi.
3. Bila memakai campuran deterjen dengan desinfektan (kombinasi), maka harus diyakini bahwa kombinasi tersebut tidak akan menambah efektivitas desinfektan.
4. Senyawa yang mengandung 25% Ammonium akan menjadi in-aktif apabila tercampur dengan residu sabun yang kontras dengan senyawa Chlorida.
5. Bacalah petunjuk yang ada pada kemasan desinfektan dan ikutilah dalam penggunaannya, seperti kadar kepekatan/konsentrasi, suhu, kelembaban dan lamanya waktu penggunaannya.
6. Perhatikan tindakan pengamanan bagi petugas seperti keharusan penggunaan masker, sarung tangan, topi, sepatu dan kacamata.
7. Gunakan sabun alkali untuk mencuci tangan.
8. Hindari pencemaran ulang (rekontaminasi).
Demikianlah sekilas tentang sanitasi di hatchery yang penting diketahui para pelaku perunggasan, sehingga bisa menambah wawasan menuju profesionalisme serta modernisasi khasanah perunggasan Indonesia. (SA)
Baca Juga: 4 Penyebab Kegagalan DOC Ayam Broiler Saat Dipelihara
Sumber: http://www.majalahinfovet.com