
Sumber Gambar: http://localhost/alatternakayam
Alatternakayam – Pemerintah telah member kelonggaran dalam pengawasan obat hewan agar tidak dianggap mempersulit perkembangan industri obat hewan nasional.
Fajar Sumping Tjaturasa – Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan menjelaskan, industri obat hewan diharapkan bisa maju di kancah global. Dia meminta industri obat hewan, harus mengikuti perkembangan yang ada di internasional dan nasional yang terus berkembang.
“Pengawasan kami buat sesederhana sekali. Prinsip obat hewan pertama aman, berkhasiat, bermutu, serta kualitasnya terjamin. Semua aspek ini terpenuhi. Kalau sudah terpenuhi artinya sudah memberikan pengawasan paling simple,” tuturnya pada seminar nasional bertajuk “Manajemen Pemeliharaan Unggas Zaman Now” yang digelar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI).
Mengenai pelarangan Antibiotic Growth Promoter (AGP) melalui Peraturan Menteri Pertanian No 14/2017, Fadjar meminta agar beleid itu tidak distigmakan sebagai penanggung dosa besar terhadap semua kasus penyakit. “Harus diikuti oleh bukti ilmiah. Pemeliharaan harus diikuti biosekuriti,” tandas dia.
Andi Wijanarko selaku Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Asohi mengatakan seminar kali ini membahas mengenai Permentan terbaru mengenai AGP (Antibiotic Growth Promoters), untuk memberikan pengertian kepada stakeholder mengenai kabar terkini isu yang masih penuh polemik ini.
Asohi beserta stakeholder telah memberikan masukan kepada pemerintah, terang Irawati Fari – Ketua Umum Asohi. ”Dalam hal ini masih dalam pengkajian tapi terus ditindak lanjuti demi kepentingan industri perunggasan secara nasional. Semoga kami terus konsisten dan semua pihak yang terdampak Permentan ini, semoga dapat berperan aktif dalam implementasi tersebut,” paparnya.
Dalam pemaparannya Heri menuturkan diperlukan 2 filosofi dasar yang harus diikuti dalam pemeliharaan unggas. “Pertama unggas adalah makhluk jujur. Bola mata unggas bening, murni, tidak neko-neko. Jadi ayam akan merespon sejujurnya apa yang diberikan kepadanya. Kedua pelihara unggas memang sulit tetapi yang lebih sulit adalah memelihara manusianya. Anak kandang, mandor bahkan technical servicenya,” katanya.
Pahami filosofi dasar tersebut. Sehingga tidak bisa dilepaskan antara tata kelola dan manajemen sumber daya manusia. Sebaik-baiknya tata kelola pemeliharaan tapi apabila tidak diikuti manajemen sumber daya manusianya maka akan sia-sia, tandas Heri.
Baca Juga: Selain Vaksinasi dan Biosekuriti di Pekan Pertama Paska AGP Free
Sumber: http://www.trobos.com