pengendalian lalat

Sumber Gambar: https://www.warungstmj.com

Alatternakayam – Bau limbah kotoran ayam merupakan masalah yang timbul pada setiap peternakan.Masalah bau kotoran ini perlu penanganan yg serius. Banyak cara sudah dilakukan mulai mencampur kotoran dengan sekam, abu sekam sampai pemberian obat kimia tetapi masih saja bau kotoran masih belum hilang. Amoniak yang keluar dari kotoran ayam dapat menyebabkan pertumbuhan ternak tidak optimal. Selain itu, kotoran ayam tersebut juga dapat memacu pertumbuhan belatung yang sangat cepat. Kotoran ayam juga dapat menyebabkan masalah sosial yang dapat merugikan masyarakat sekitar tempat peternakan.

Lalat merupakan serangga dari ordo Diptera yang mempunyai sepasang sayap biru berbentuk membran. Semua bagian tubuh lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit (badan, bulu pada tangan dan kaki, feces dan muntahannya). Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau dapat merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi lalat rumah.

Daur perkembangbiakan lalat yang cepat turut menambah “keuntungan” hewan ini untuk membawa dampak buruk. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menekan perkembang biakan lalat yang sudah dilakukan oleh para peternak, baik peternak ayam petelor maupun peternak ayam pedaging. Diantaranya dengan menyemprotkan insektisida pembunuh lalat ataupun dengan pengerukan kotoran yang dilakukan setiap beberapa hari sekali untuk menekan pertumbuhan lalat dan mengurangi bau yang ditimbulkan.

Sebagai salah satu usaha untuk mengurangi kedua dampak akibat pengendalian limbah kotoran ayam dan bahaya penyebaran penyakit oleh lalat yang disebutkan di atas, ada baiknya kita pahami satu per satu faktor-faktor yang turut andil dalam dampak buruk tersebut. Artikel kali ini membahas pengenalan umum terhadap daur hidup lalat, kemudian berlanjut ke pengendalian lalat, pada bagian akhir akan dibahas mengenai pengendalian bau limbah kotoran ayam. Secara menyeluruh, kita mengharapkan cara yang dipaparkan dalam artikel ini akan dapat memberikan solusi yang efektif, efisien, dan tetap produktif.

DAUR HIDUP LALAT

Umur lalat antara 1–2 bulan dan ada yang 6 bulan sampai 1 tahun. Selama dalam siklus hidupnya lalat rumah mempunyai 4 stadium. Pertama, stadium telur. Stadium ini lamanya 12–24 jam. Bentuk telur lonjong bulat berwarna putih. Besar telur 1–2 mm. Telur dikeluarkan oleh betina sekaligus sebanyak 100–150 butir. Di tempat kotoran yang panas dan lembab merupakan faktor yang dapat mempengaruhi lamanya stadium ini. Makin panas makin cepat, makin dingin makin lambat.

siklus hidup lalat

siklus hidup lalat

Kedua, stadium larva. Stadium larva ini ada tiga tingkatan. (a) Setelah keluar dari telur belum banyak bergerak. (b) Tingkat dewasa, banyak bergerak. (c) Tingkat terakhir, tidak banyak bergerak. Kalau kita lihat lebih jauh, larva ini bentuknya bulat panjang dengan warna putih kekuning-kuningan dan keabu-abuan, mempunyai segmen sebanyak 13 dan panjangnya 18 mm. Larva ini selalu bergerak dan makan dari bahan–bahan organik yang terdapat di sekitarnya. Pada tingkat terakhir (c) larva berpindah dari tempat yang kering ke tempat yang sejuk. Untuk berubah menjadi kepompong lamanya stadium ini 2-8 hari atau 2-5 hari tergantung dari temperatur setempat. Larva ini mudah terbunuh dengan temperatur 73oC.

Ketiga, stadium pupa. Lamanya stadium ini 2-8 hari atau tergantung dari temperatur setempat. Bentuk bulat lonjong dengan warna cokelat hitam. Stadium ini kurang bergerak atau tidak bergerak sama sekali. Panjangnya lebih kurang 5 mm. Mempunyai selaput luar yang keras disebut posteroor spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya.
Keempat, stadium dewasa. Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Dari stadium telur sampai stadium dewasa memakan waktu 7 hari atau lebih bergantung pada keadaan sekitar dan macamnya lalat. Biasanya 8-20 hari.

PENGENDALIAN LALAT

Pada umumnya perkawinan lalat terjadi pada hari ke-2 sampai hari ke-12 sesudah keluar dari kepompong. Dua sampai tiga hari kemudian sesudah kawin baru bertelur yang jumlahnya sekali bertelur 100–150 butir dan setiap betina dapat bertelur 4–5 kali seumur hidupnya. Makanan yang utama adalah barang-barang cair. Ada zat gula, sementara itu bagi benda-benda yang keras dicairkan terlebih dahulu dengan air ludahnya supaya dapat dihisap. Pada waktu makan sering kali memuntahkan sebagian makanan. Dengan demikian, memungkinkan untuk penyebaran kuman-kuman penyakit.

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan biaya yang murah, efektif dan efisien serta memberikan keuntungan bagi pihak lain, baik tetangga peternak yang berhubungan dengan bau dan lalat, maupun pihak sosial. Pengananan yang tepat mengenai permasalahan ini dapat membantu sektor pertanian dan perkebunan dengan memanfaatkan limbah kotoran sebagai pemercepat penyuburan tanah.

Cara efektif, efisien menekan perkembangan lalat dan menghilangkan bau kotoran juga menghasilkan uang, pemikiran ini tidaklah mudah tetapi ternyata bisa. Untuk menekan perkembangan lalat biasanya peternak manggunakan obat pembunuh lalat tetapi mereka tidak menyadari bawasanya lalat berkembang biak mulai telor sampai menetas hanya membutuhkan waktu +23 jam saja untuk jenis lalat yang berukuran besar, dan para peternak juga tidak menyadari media tumbuh dan berkembang biak yang tersedia sangatlah potensial yaitu di kotoran ternak yang memiliki kandungan protein tinggi dimana pengolahan yang sudah dilakukan masih kurang efektif.

Usaha pengendalian lalat dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya sebagai berikut:

Pertama: usaha perbaikan lingkungan

Langkah ini sangat penting dilakukan dan menjadi fokus utama dalam usaha mengatasi pertumbuhan lalat. Pengendalian limbah kotoran ayam yang baik merupakan langkah dasar untuk mencapai tujuan yang diharapkan terutama melalui pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Usaha ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sarang-sarang lalat.

Kedua, usaha pengendalian secara biologis.

Usaha ini dilakukan dengan jalan disterilisasi terhadap lalat jantan, dengan tujuan agar lalat tersebut bila mengadakan perkawinan akan dihasilkan telur steril. Cara ini hanya dapat dilakukan di laboratorium.

Ketiga, usaha pengendalian dengan menggunakan racun serangga.

Racun serangga dapat dibedakan berdasarkan tempat masuknya:

(a) Stomach poison (racun perut). Insektisida jenis ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui mulut atau termakan. Biasanya insektisida ini digunakan untuk serangga yang mempunyai alat mulut menggigit, lekat isap dan bentuk penghisap.

(b) Contact poison (racun kontak). Insektisida jenis ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel alat pernapasan atau melalui integumen ke dalam darah. Pada umumnya insektisida jenis ini digunakan untuk serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap.

(c) Fumigans (racun pernapasan). Insektisida jenis ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernapasan berupa spirakel yang terdapat di permukaan tubuh, biasanya insektisida jenis ini digunakan untuk serangga yang tidak tergantung pada bentuk mulutnya.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Kebersihan Kandang Ayam Broiler

Sumber: https://www.warungstmj.com